Love Do [Part 26]

Karena lemah secara fisik, mama Dewa harus menjalani perawatan khusus di rumah sakit. Sudah 2 hari ini Dewa bolak-balik rumah, sekolah dan rumah sakit. Keiko sempat menjenguk mama Dewa sekali, saat sehari setelah kejadian Dewa mabuk-mabukan. Setelah itu Keiko tak pernah datang lagi karena sibuk menyiapkan ujian nasional nya. Bertemu dengan Dewa pun sangat jarang, pernah sekali tapi hanya membahas keadaan keluarganya. Dewa lebih care dengan keadaan mama nya dan adiknya Lulu. 
Seperti hari ini, saat Keiko beristirahat di depan kelasnya, duduk ditemani Mona, Dewa melintas tanpa melihat ada Keiko yang sedang duduk disana. Keiko memandangi Dewa sampai sosoknya hilang masuk kedalam ruangan lainnya.
"..Beneran putus kalian...?" tanya Mona.
"..nggak tau, Mona..tapi gue nggak mikir itu sekarang kok..gue senang Dewa sekarang lebih peduli sama keadaan keluarganya.."
"..tapi nggak sampai secuek ini dianya ke elo kali, Kei..."
"..lagi sibuk dia..harus mikir masalah keluarga..mikirin ujian nasional ini..ngurus beasiswanya..banyak..kalau gue jadi Dewa pasti begini juga kayak dia.."
Mona terdiam, mencerna kalimat Keiko. Keiko tersenyum melihat Mona yang hanya manggut-manggut. Pandangan Keiko lalu beralih jauh kedepan, melihat Dewa sedang berbicara dengan Lana. Seperti sedang mengatur janji atau semacamnya. Keiko buru-buru mengalihkan wajahnya saat Dewa dan Lana berpisah lain arah dan Dewa kembali berjalan kearahnya. Takut ketahuan sedang duduk didepan kelas, Keiko bergegas berdiri dan meninggalkan Mona sendiri untuk masuk kedalam kelasnya. 
Dewa melihat itu. Tapi menahan dirinya untuk tidak menegur Keiko. Dua hari ia tidak mengetahui keadaan Keiko, terlalu sibuk mengurus mama dan persiapan ujian nasional ini. Belum lagi harus menghadapi papa nya yang beberapa hari ini memilih tidak pulang kerumah. Misi nya untuk membuat utuh kembali keluarganya memang menyita waktu dan pikirannya, hingga permasalahan hatinya harus di lupakannya dulu.
-----------------------------------------------------------------------------------

Keiko menghempaskan badannya di kursi kasir Neko. Siang ini dari sekolah dirinya singgah di Neko. Tak bersemangat untuk pulang kerumah. Sempat diomeli ayahnya, tapi Keiko memilih tinggal untuk bekerja.
"..Kei..kabar mamanya Dewa bagaimana...?sudah baikan..??" tanya mbak Bian.
Keiko mengangguk, "..tapi belum bisa bicara, mungkin masih shock..mungkin masih butuh dirawat jadi hari belum di izinin pulang..." jawab Keiko.
"loh, kok mungkin...??kamu nggak pernah jenguk lagi, ya...?"
Keiko menggeleng sambil memandangi mbak Bian. 
"..kalau gitu kamu harus kesana..ngapain tinggal disini..mama dari pacar kamu itu lagi sakit..perhatian dikitlah, Kei...biar Dewa makin sayang kamu.."
Keiko tersenyum pahit. Mbak Bian memang tidak tahu kalau ia dan Dewa hanya pacaran boongan. Hanya Ayah nya, dan Mona yang tahu.
"..nih, sekalian kamu bawa kue ini kesana..mbak tadi habis nyoba resep kue..sepertinya enak, ayahmu juga suka..." mbak Bian nyodorin sekotak kue.
Keiko sebenarnya tak ingin pergi, tapi karena mbak Bian sepertinya sudah menyiapkan kue itu dan berhubung ada rasa kangen bertemu dengan Dewa membuatnya mengiyakan arahan mbak Bian untuk menjenguk mama Dewa di rumah sakit.
Dengan masih memakai pakaian seragam Neko, Keiko pergi dengan naik taxi. Untung bawa jaket, jadi tidak terlalu kelihatan mirip seorang pelayan, pikir Keiko sedikit mengkritik gaya pakaian nya hari ini.
-----------------------------------------------------------

Sampai di rumah sakit, Keiko berusaha menghubungi ponsel Dewa, takutnya mama nya sudah keluar, Keiko berinisiatif bertanya ke bagian lobi rumah sakit. Ternyata mama Dewa masih di rawat. Keiko mengatur napasnya saat berjalan di koridor rumah sakit yang berkelas itu. Didalam lift Keiko terkejut melihat siapa yang ditemuinya. Papanya Dewa.
"..Keiko kan..?"
"..eh, om..iya,om..saya Keiko.."
"..mau kemana..??ada keluarganya yang sakit disini..?"
"..mmm..sebenarnya..Kei mau jenguk tante,om..ada titipan dari rumah buat tante.." Keiko terbata-bata.
Papa Dewa tersenyum mengangguk sekilas melihat bingkisan ditangan Keiko.
"om sendiri mau kemana..?" tanya Keiko yang dijawab dengan tawa lirih papa Dewa. Keiko sadar itu adalah pertanyaan bodoh. Tentu saja ingin menjenguk istrinya. Keiko tertawa pahit.
"..mau ketemu tante juga..ketemu Lulu, ketemu Dewa..tapi om nggak yakin masih diterima sama keluarga om atau tidak.."
Keiko mengangguk, ada rasa senang mendengar pernyataan papa Dewa.
"..kamu pasti sudah dengar ceritanya dari Dewa langsung kan masalah keluarga kami..?"
Keiko mengangguk, "iya om".
"..om senang, kamu masih mau terima Dewa dengan keadaan keluarga nya yang seperti ini..kamu masih mau ada didekatnya saat dia punya masalah dengan keluarganya..om wakili Dewa minta maaf sama kamu..harus ikut susah jagain Lulu, Dewa cerita semuanya kok, dan ini membuat om merasa bersalah,..jangan ninggalin Dewa, Kei..cukup mama mereka yang membenci om, Dewa mungkin sudah memaafkan om, Lulu belum tahu apa-apa, tapi om tahu, masalah keluarga seperti ini bukan hal mudah dibawa kedunia anak muda seperti kamu dan Dewa.."
Pintu lift terbuka, keduanya berjalan keluar menuju kamar rawat mama Dewa.
"..saya dulu pernah merasakan ini juga kok om..tidak diterima baik oleh keluarga dekat, bahkan sampai sekarang..tapi masa depan saya masih panjang, saya nggak mau sia-siakan masa muda saya dengan terpaku sama keadaan..harus melakukan hal positif dan membanggakan keluarga itu adalah mimpi saya.." kata Keiko menjawab ungkapan hati papa Dewa.
Papa Dewa tersenyum sambil mengacak-acak rambut Keiko. Keiko tersenyum lebar. Tapi langsung berhenti berjalan mensejajari langkah papa nya Dewa melihat Dewa disana, didepan kamar rawat mamanya sedang ngobrol bersama Lana.
"..loh, kok berhenti, ayok.." papa Dewa ikut berhenti melihat Keiko tinggal dibelakangnya.
"..ehh,..om duluan saja, Keiko mau ke ..ke..ke WC dulu..kebelet pipis tadi om.." Keiko panik, segera menghilang sebelum dilihat Dewa. Papa Dewa terlihat kebingungan melihat Keiko yang berbelok arah ke toilet yang mereka lintasi tadi. 
Papa Dewa berjalan kembali dan Dewa surprise melihat papa nya muncul.
Lana juga, segera ia memasang wajah manisnya memandangi papanya Dewa datang. 
"...bagaimana keadaan mama..?" tanya Papanya. 
"..masih nggak mau bicara..masih lemah,Pa.." jawab Dewa tenang.
"..kamu yakin mama mau maafin papa..?" Dewa memandangi papanya yang nampak tak yakin. 
"..mungkin dengan melihat papa, mama bisa pulih kembali..hanya itu yang penting buat Dewa, papa minta maaf dan buat mama bisa kembali bicara atau setidaknya sembuh..." kata Dewa, "..pasti bisa, Pa..!" sekali lagi Dewa meyakinkan papanya. Akhirnya dengan sekali anggukan papanya tersenyum lebar.
"..makasih, nak..papa usahakan..demi kamu dan Lulu.." ucapan papanya membuat Dewa tersenyum lega.
"..oia..jangan biarin orang lain masuk dulu sampai papa selesai ngomong sama mama..termasuk Keiko..tahan dia diluar..biar ada yang nemanin kamu nantinya.." kata Papa Dewa membuat Lana yang mendengar itu langsung mengedarkan pandangan mencari sosok Keiko. Dewa mengernyitkan keningnya.
"..iya, Keiko ada disini, katanya mau ke WC dulu, eh,papa masuk yah.." kata Papa nya dan masuk kedalam kamar tempat mamanya di rawat.
Dewa pun melirik ke Lana yang masih mengedarkan pandangannya ke arah toilet.
"..ehh, gue antar ke tempat parkir ya, Lan.." kata Dewa dan Lana mengangguk.
"..Keiko mana..??kenapa bisa bareng sama papa kamu datangnya..?"
"..nggak ngerti juga,..biasanya bilang dulu kalau mau datang.."
"..pacar kamu memang aneh..."Mendengar kata pacar keluar dari  mulut Lana membuat Dewa tertawa kecil. Kalimat yang sudah lama tak didengarnya. "Pacar.." diulanginya kalimat itu dan Lana bingung sendiri melihat Dewa tertawa sendiri.
Keduanya kini berjalan ke arah lift dan Dewa menoleh kearah kanannya saat melintasi toilet wanita, ia tahu Keiko ada didalam sana. Ngumpet.
-----------------------------------------------------

Setelah mengantar Lana ke parkiran, Dewa bergegas kembali kekamar mamanya, tak lupa membeli minuman kaleng untuknya, papa dan buat Keiko. Mengetahui Keiko ada dirumah sakit membuatnya senang. Ia juga begitu senang melihat akhirnya papanya memenuhi janjinya kemarin untuk datang menjenguk mamanya, setelah susah payah ia berdamai dengan diri sendiri dan memberanikan diri mendatangi papanya dikantor kemarin. Dengan langkah cepat, Dewa bergegas kembali karena ingin bertemu Keiko.
Dan benar saja, Keiko sedang duduk dikursi tunggu pasien depan kamar rawat mamanya, sambil menengadahkan kepalanya memandangi layar TV yang menggantung di sudut ruangan tunggu.
Keiko terkejut saat Dewa berdiri didepannya sambil menyodorkan minuman kaleng kearah Keiko. Keiko memperbaiki caranya duduk dan mengambil minuman kaleng dari tangan Dewa.
"..kirain kamu sudah pulang.." kata Keiko.
"..malam ini rencananya mau nginap disini temani mama, tapi tante-tante aku, adik dari mama yang tinggal di Bandung mau datang kesini buat jagain mama malam ini, sambil nunggu mereka datang aku stay disini dulu.." kata Dewa dan duduk disebelah di kursi tepat dibawah TV rumah sakit. Keiko jadi susah untuk memandangi layar TV karena langsung berhadapan dengan Dewa. Padahal dia sudah berharap TV itulah nantinya yang bisa mengalihkan perhatiannya. Akhirnya Keiko memilih memandangi lukisan-lukisan yang menempel didinding-dinding koridor rumah sakit berkelas itu.
Dewa melirik Keiko, melihat wanita itu sedang menyeruput minuman kalengnya, sambil mengatur letak jaketnya, mengatur letak poninya dan posisi duduknya. Keiko merasakan pipinya panas, ia tahu Dewa pasti saat ini sedang memandanginya, saat Keiko menoleh kearah Dewa-untuk protes-yang didapatinya justru Dewa sedang menunduk. Keiko menelan ludah, merasa ke-ge-er-an.
"..mmm..Lulu mana..?" Keiko memecah keheningan.
Dewa mendongak memandangi Keiko, "..masih ditempat les, dari sana nanti mau kesini kok.." jawab Dewa.
"..ouwww.." Keiko mengangguk dan kembali memandangi lukisan didepannya. Mulai merasa canggung. Dewa tersenyum melihat itu. Gadis manis didepannya itu membuat manyun bibirnya sendiri. Menggaruk hidungnya, kebiasaannya kalau lagi bingung. Ya ampun, Dewa menghela napasnya panjang, mengenyahkan rasa rindunya ke Keiko.
"..loh, kenapa..?" Keiko kaget mendengar helaan napas Dewa. Dewa menggelengkan kepalanya, ikut terkejut juga. Tak menyangka helaan napasnya tadi terdengar oleh Keiko. Begitu besarnya kah rindunya hingga helaan napasnya terdengar oleh Keiko. Pikir Dewa, surprise.
"..papa kamu masih didalam yah..?" tanya Keiko serius. Dewa menaikkan pundaknya, "sepertinya sih iya.."
Dewa bangkit dari duduknya dan berjalan kearah kamar mamanya, dan membuka pintu kamar rawat, mengintip ke dalam, ia melihat papanya disana, memandang kearahnya, tersenyum dan Dewa membalas dengan senyum lebar ketika melihat mamanya juga menoleh kearahnya sambil tersenyum.
Dewa menutup kembali pintu kamar dan berbalik ke Keiko. "..masih ada,.kamu buru-buru mau pulang..?" tanya Dewa.
"..iya nih, kesini tadi cuman mau ngantar titipan mbak Bian.." jawab Keiko. Dewa melirik bingkisan yang dimaksud Keiko. Ia bergegas mendekati Keiko dan duduk disebelah kanan Keiko kemudian melintasi wajah Keiko dengan badannya untuk mengambil bingkisan yang ada disebelah kiri Keiko.
"..ini apaan sih...??" tanya Dewa yang dengan spontan membuat gerakan yang membuat Keiko menahan napasnya. Ia bisa melihat wajah Dewa sedekat itu, hanya beberapa centi hingga hidungnya bisa menghirup wangi Dewa. Wangi parfum yang lama tak dia hirup lagi, wangi yang selalu dibencinya tapi selalu membuatnya rindu. Keiko mengutuk pikirannya sendiri saat sempat melihat dari dekat alis mata Dewa, garis hidungnya dan sudut bibir Dewa. Keiko buru-buru menelan ludah, membasahi tenggorokannya yang mengering karena menahan napas.
Dewa sudah kembali keposisinya semula, duduk disebelahnya dan memangku bingkisan kue titipan mbak Bian.
Keiko juga mengutuk desain kursi tunggu pasien dirumah sakit ini, kenapa harus sedekat ini spasi antara kursi yang satu dengan kursi yang lainnya. Keiko mengerang dalam hati.
"..wowww..sepertinya enak..boleh makan satu yah, Kei...?" tanya Dewa.
"..loh, jangan..itu buat orang sakit..nggak boleh.." keiko buru-buru menahan tangan Dewa untuk membuka kotak kue itu.
"..satu doang kok, Kei..lapar nih..belum makan dari siang.."
"..yang salah siapa..??kenapa nggak makan disekolah..??"
Dewa menoleh ke Keiko. 
"..maunya sih delivery service dari kamu..tapi kamunya sibuk sih tadi disekolah.."
"ada juga kamu yang sibuk tadi..." Keiko membela diri. Dewa tersenyum. "..kok tau kalau aku sibuk..emang tadi disekolah lihat aku.." tanya Dewa membuat pipi Keiko merona.
"..e..enggak..kata Mona tadi sempat lihat kamu melintas depan kelas nggak tau ngurus apaan.."
"..oohh..dari Mona..?"
Dewa pura-pura mengerti meski tahu Keiko berbohong. Keiko melirik ke Dewa, melihat Dewa kembali menutup bingkisan tersebut, Keiko pun mengambil paksa bingkisan itu dan membukanya kembali, menyodorkan sepotong kue ke arah Dewa. Dewa menggelengkan kepalanya, tak merasa lapar lagi."..katanya tadi lapar.."
Dewa masih menggeleng. Memilih bersandar dan melihat kelayar TV.
"..Dewa...mau nggak nih..?" Keiko masih menyodorkan kuenya.
Tapi Dewa masih menggelengkan kepalanya, cuek.
"..ya sudah, aku masukin lagi saja, ini buat tante dan om,dan Lul..." belum sempat Kei menyelesaikan kalimatnya dan memasukkan kembali kuenya kedalam kotak kue, tangannya sudah digenggam Dewa dan diarahkannya kue tersebut kemulutnya. Keiko terperangah melihat Dewa sekali suap memasukkan kue kedalam mulutnya dan merasakan ujung jari Keiko mengenai gigi Dewa. Dewa tersenyum sambil mengunyah kuenya. Keiko terlihat kesal dan menarik tangannya untuk meninju bahu Dewa. Dewa masih tersenyum dengan mulutnya yang penuh dengan kue. Keiko tertawa melihat tingkah Dewa.
"..rakusssss...tangan aku dikirain kue sampai digigit juga.." Dewa tertawa mendengarnya dan menelan kuenya.
"..satu lagi dong..kuenya enak,Kei..." rengek Dewa.
"Enggak..sudah..ini buat tante sama om, sama Lulu..kamu cuma dapat satu.." Keiko mempertegas kalimatnya sambil menutup kotak kue.
"..Aaaaaaaa'..." Dewa mendekatkan wajahnya kesamping Keiko sambil membuka mulut, meminta disuapi.
Keiko menaikkan sebelah alisnya dan mendorong pipi Dewa. Tapi Dewa masih melakukan hal yang sama sambil tertawa.
"..aaaaaaaa'..." lanjut Dewa seperti anak kecil. Keiko tertawa melihat tingkah Dewa dan akhirnya luluh juga. Ia pun menyuapi satu potongan kue untuk Dewa. Keduanya berbagi tawa. Bertemu mata pun tak bisa dihindari. Keiko tersenyum kecil dan mengalihkan matanya memandangi remah-remah kue disudut bibir Dewa. Dewa menyukai cara Keiko membersihkan remah-remah kue disisi bibirnya. Keiko terkejut sendiri mendapati dirinya melakukan hal itu, hingga ia menghentikan jarinya yang sedang sibuk dan kembali memandangi Dewa. Mendapati Dewa memandangi nya juga membuat hati Keiko jumpalitan. 
Bersamaan dengan itu pintu kamar rawat mama Dewa terbuka. Dewa berbalik mendapati papanya berdiri dibalik pintu memandangi keduanya, Keiko pun demikian dan buru-buru menarik tangannya dari wajah Dewa. 
"..ck..ck.anak muda sekarang,..kangen-kangenan ditempat umum.." kata Papanya. 
Keiko langsung berdiri, "..aku boleh nemuin tante sekarang nggak om..?" dan dijawab dengan anggukan kepala papanya Dewa. Keiko pun membawa bingkisannya dan masuk kedalam kamar rawat. Dewa menyusul dibelakang, sambil membalas lirikan papanya yang membuatnya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Mama Dewa masih nampak lemah, ia hanya bisa tersenyum saat Keiko mengelus tangannya.
"..tante aku bawain kue buatan mbak Bian..nanti kalau udah enakan keadaannya dicicip ya, tante.." kata Keiko dan mama Dewa mengangguk.
"..makasih, sayang.." suara lirih mama Dewa membuat Keiko melototkan matanya dan mendongak memandangi Dewa yang juga terkejut mendengar itu seraya menoleh kearah papanya.
"..tante udah bisa bicara, Wa'.." girang Keiko. Dewa langsung menghambur kearah papanya, memeluk papanya dengan erat. Keiko terharu melihat adegan itu. Dewa juga mendekati mamanya dan mencium kening mamanya. Terlihat ada airmata disudut mata Dewa. Mata Keiko berkaca-kaca. Ia tersenyum senang melihat Dewa mengelus-elus pipi mamanya dengan sayang. Sesekali menciumi pipi mamanya. Keiko tak bisa menahan airmatanya. Kenangan akan almarhumah mamanya melintas. Adegan yang sama, namun bukan airmata kebahagiaan, airmata kehilangan, karena mamanya saat itu pergi meninggalkan nya sendiri dari dunia ini. Keiko mengusap airmatanya segera ketika mendengar suara Lulu yang baru tiba juga menghambur kearah mamanya. Keiko mundur beberapa langkah. Memberi ruang untuk keluarga itu berkumpul merayakan kebahagiaan. Keiko mendekati simbok yang berdiri juga memandangi keluarga itu berbagi kebahagian. Simbok tampak mengusap airmatanya. Keiko hanya merangkul pundak simbok dan menoleh ke pintu ketika beberapa orang masuk, dan Keiko meyakini inilah keluarga besar Dewa. Keiko mengedarkan matanya memandangi satu-persatu keluarga besar Dewa. Sepupu-sepupu Dewa yang nampak berada. Keiko seketika mengingat kalimat ayahnya tentang status sosial keluarga Dewa dan dirinya.
Belum lagi kalau Dewa tahu tentang rahasia hidupnya, tentang ia adalah orang yang tak diterima oleh keluarga mamanya sendiri, apalagi keluarga Ayahnya yang sebenarnya. Keluarga Ayahnya yang sampai saat ini belum ia tahu dimana. Jangankan keluarga Ayahnya, Ayah biologisnya sendiri pun ia tidak tahu dimana sekarang.

Sungguh Keiko merasa ia tak layak ada didalam ruangan ini. Tak layak di bagikan aura kebahagiaan ini. Keiko tersenyum kecil, mengutuk dirinya sendiri sudah berpikir pernah berusaha masuk ke keluarga ini. Keiko memandangi Dewa dari jauh, tengah memeluk satu persatu keluarganya yang datang dan kembali memeluk papanya. Tempat ku bukan disini, pikir Keiko dan mengusap airmatanya, diam-diam meninggalkan ruangan itu.
---------------------------------------------------------

Entah berapa lama Keiko berjalan tanpa tujuan disepanjang koridor rumah sakit dengan setengah melamun. Memikirkan nasibnya yang tak jelas status lahirnya, yang terpaksa dijauhkan dari Ayahnya, yang terpaksa dibenci oleh keluarga mamanya sendiri, dan terpaksa menjauhkan diri dari mamanya sendiri sampai merasa cukup dengan kemandiriannya. Hidup bersama ayah angkatnya, om Dibyo yang mencintai mamanya dan dirinya diatas segalanya. Yang harus berjuang sendiri, melawan rasa cintanya ke seseorang yang jelas-jelas dirinya tak layak di miliki. 
Keiko mengerang dalam hatinya. Menyesal harus memikirkan hal ini. Padahal dia sudah bertekad untuk tidak lagi memikirkannya.
Seketika ia berhenti saat melihat seseorang yang ditemuinya di lobi rumah sakit, kak Tomi. Seulas senyum nampak diwajahnya saat kak Tomi mendekatinya dengan wajah yang penuh kekhawatiran.
-------------------------------------------------------------------

"..Makasih,pa..sudah membuat mama bisa bicara kembali dan berangsur membaik keadaannya.." bisik Dewa dalam rangkulan papanya. Masih dalam suasana bahagia ditengah keluarganya.
"..sama-sama,nak..papa juga berterima kasih sama kamu, kamu dengan tangan terbuka mau maafin papa, mau kasih kesempatan untuk papa untuk minta maaf ke kamu, mama dan Lulu..masih mau mengingatkan bahwa papa salah selama ini melupakan kalian..papa bangga sama kamu.." kata Papanya dan menepuk pundak Dewa.
"..papa bangga, kamu membuka pikiran kamu dan bersikap sebagai lelaki sejati..papa tahu kamu belajar semua itu bukan dari papa, bukan dari mama..ini membuat papa malu sama kamu..belajar dari siapa,..??dari Keiko..?" kata papanya dan Dewa tertunduk, senyum sendiri dan menoleh kearah papanya. Dewa mengangguk dan berbalik kebelakang, mencari sosok yang membuatnya punya keberanian melakukan hal yang mustahil dilakukannya sebagai seorang Dewa yang cuek.
Melihat Keiko tak ada lagi dalam ruangan itu membuat Dewa panik.
"mbok..Keiko mana..?" tanya Dewa membuat hening isi kamar yang tadi sempat riuh.
"..ehh,..ta..tadi ada disini,den..." jawab simbok juga panik sendiri.
"..iya..kak Keiko nya tadi ada disini kan, kak...??iya kan ma, pa..??" Lulu juga bergegas mendekati simbok.
"..siapa sih yang dicari,..??Keiko itu siapa,mas..?" tanya salah satu keluarga Dewa.
"..pacarnya Dewa,mbak.." jawab papa Dewa. Dewa pun bergegas mengambil ponselnya yang sejak tadi ia tinggalkan di dalam tas sekolahnya.
"..ohh..cewek manis yang tadi berdiri disebelah simbok..??kirain pengantar makanan, soal nya pakai baju seragam restoran apa gitu..sepertinya aku pernah makan direstoran itu.." salah satu tante Dewa berbicara. 
Dewa tak menggubris itu, ia lebih fokus merogoh tasnya, mengambil ponselnya. Disana ada 2 panggilan tak terjawab dari Keiko. Bergegas Dewa menghubungi Keiko dan keluar dari kamar rawat mamanya.
----------------------------------------

"Kei..handphone kamu bunyi tuh.." suara berat kak Tomi disebelahnya membuyarkan lamunannya. 
Sejak perjalanan pulang tadi Keiko hanya melamunkan hal yang sama, sampai-sampai suara ponselnya berbunyi pun tak didengarnya. Ia buru-buru merogoh kantong jaketnya yang terbuka untuk mengambil ponsel dan melihat nama " Dewa Sableng" yang ada discreen ponselnya.
"Kenapa, Wa'...?"
"Ikan asin, kamu dimana...?kok menghilang...??" suara panik Dewa terdengar jelas dtelinga Keiko.
"..ehh..iya, sori..harus buru-buru pulang, Wa'..udah malam juga..mau belajar..belum mandi sore juga soalnya..heheh.." Keiko berusaha mencairkan suasana hatinya.
"kan bisa pamit dulu..aku juga belum sempat kenalin kamu sama keluarga besar aku..sekarang kamu dimana..??"
"..ehh,inii..sudah diperjalanan pulang..."
"..jangan bilang kamu naik bis lagi..cepat turun, sms-in aku kamu dimana, aku jemput..aku antarin pulang..sekarang yaaaa...!!" pinta Dewa sambil kembali masuk kedalam kamar rawat mamanya, mengambil tasnya.
"..nggak usah Wa'..aku udah dijemput..ini lagi diantarin pulang sama kak Tomi.."
"..Apaaa...??" Dewa kaget mendengar itu. Membuat keluarga besarnya pun menoleh kearahnya.
"..sama kak Tomi, tadi nggak sengaja ketemu di lobi rumah sakit..jadinya nebeng pulang..hehehe.." jawab Keiko. Dewa terdiam. Ia langsung menghempaskan badannya di kursi sofa dalam kamar rawat tempatnya menaruh tas nya tadi. Khawatir, jengkel, cemburu semua jadi satu dalam hati Dewa mengingat Keiko diantar kak Tomi.
"Wa'..halo..halo, Dewaaaa...halooooo..??" Keiko manyun sendiri tak lagi mendengar suara Dewa di seberang.
"..ya udah, bye,,," jawab Dewa kemudian dan mengakhiri pembicaraan. Keiko mengernyitkan dahinya dan memandangi ponselnya. Dewa mengakhiri panggilan keluarnya.

Dalam kamar, Dewa menghela napas berat dan memasukkan kembali ponselnya dalam tas dengan cara yang membuat papanya tersenyum dan menoleh kearah isterinya.
"..anak kamu yang satu itu selalu kalah dalam masalah cinta..dia bukan ahlinya,mom..." bisik papa Dewa sambil menggenggam tangan isterinya yang terbaring seraya tersenyum melihat Dewa yang tampak tak bersemangat disudut kamar sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Dikuasai perasaan cemburu.

0 komentar:

Posting Komentar