Love Do [Part 25]

Dewa menggaruk kepalanya yang tak gatal saat melihat keluarga Keiko sedang sarapan. Lulu belum terlihat, begitu juga Keiko. Berpapasan mata dengan Ayah Keiko makin membuat dirinya merasa bersalah.
"..jangan berdiri saja disitu..ayo duduk.." kata om Dibyo. Dewa tersenyum dan ikut bergabung dengan mbak Bian dan om Dibyo untuk sarapan.
"..Lulu sama Keiko mana,om..??belum bangun..?"
"..kalau Lulu belum bangun..Kei lagi mandi..bentar lagi turun.."
Dewa mengangguk dan melirik ke mbak Bian yang menyodorkan roti ke piring Dewa.
"Udah enakan badannya, Wa'...?"
"..ehhh, agak pusing sih..tapi waktu habis mandi tadi udah mulai segar..."
"..nih..kamu minum susu hangat ini..biar makin segar badannya..."
"..iya mbak..makasih..." Dewa langsung meminum susu hangat pemberian mbak Bian.
"..ini kan hari Minggu..Neko tutup..gimana kalau kita pergi mancing ikan di kolam sodara om..mau ikut nggak, Wa'...?" ajak om Dibyo. Dewa yang sedang mengunyah roti nya hanya tersenyum dan mengangguk, "..boleh om..dimana..?" lanjut Dewa.
"...nggak usah ngajak Dewa, Yah...Dewa harus pulang.." tiba-tiba Keiko muncul memotong pembicaraan Dewa dan Ayahnya. Dewa tak berani memandang Keiko yang kini duduk di depannya. 
"..kenapa nggak boleh,..??ini kan hari Minggu..Ayah harus ngajak siapa..??kamu...??mana mau.."
"..biasanya bareng om Rinto dan Kiki,kan...?" kata Keiko menyebut nama-nama sepupu dan adik dari mamanya.
"..Ayah bosan sama mereka..tiap pergi mancing ikan pake' bawa teman-teman ceweknya..Ayah dicuekin..."
Terdengar suara tawa mbak Bian dan Dewa. Sayangnya Dewa keburu berhenti tertawa saat melihat Keiko menatapnya tajam.
"..pokoknya kamu harus pulang hari ini..." kata Keiko dan membuatkan sendiri roti untuk sarapannya. Dewa hanya diam. Merasakan Keiko mulai aneh. Padahal semalam dia sudah merasa senang dengan perlakuan Keiko.
"..Kakaaaaak.." Lulu' muncul dari tangga atas, dengan rambut acak-acakan baru bangun tidur. Dewa berbalik dan tersenyum melihat adik semata wayangnya itu. Lulu bergegas turun.
"nggak ngompol kan..?" tanya Dewa sambil membuka lengannya mempersilahkan Lulu' masuk dalam pelukannya. Lulu hanya menjawab dengan anggukan dan mempererat pelukannya. Kebiasaan Lulu setiap bangun pagi langsung memeluk mama, papa dan Dewa.
"...kakak pagi-pagi disini mau jemput Lulu'..?" tanya Lulu dan duduk di samping Dewa.
"..ehhh..eeee..." Dewa bingung harus menjawab apa.
"..iya sayang..kak Dewa nya mau jemput Lulu untuk pulang..mama Lulu sudah datang kok dari luar kota.." Keiko yang menjawab pertanyaan Lulu.
Dewa mengernyitkan dahinya. Keiko menyodorkan roti ke piring Lulu. Kemudian melirik Dewa. 
"..semalam mbok Darmi nelpon..bilangnya kalian harus pulang hari ini.." Keiko menjawab apa yang Dewa tanyakan lewat matanya yang nampak bingung. Keiko segera menyelesaikan sarapannya. Ia sedikit risih karena merasakan mata Dewa sejak tadi memandanginya penuh tanya. Keiko hanya tak ingin berdebat pagi-pagi. Dewa memang harus pulang, kasihan mamanya dirumah. Dan Keiko pun berniat untuk datang menjenguk mama Dewa.
"..Kalau gitu Lulu mandinya dirumah saja ahh.." rengek Lulu dan Dewa menoleh ke Lulu dan tersenyum tipis. Keiko beranjak meninggalkan ruang makan.

--------------------------------------------------------------

Merasakan kehadiran seseorang disebelahnya, Keiko menoleh. Seulas senyum mengembang diwajah Dewa. Keiko melanjutkan menyiram tanaman di taman belakang rumahnya. 
"..Kei, maaf ya soal semalam..."
Keiko diam. 
"...kamu marah...?" Dewa melanjutkan kalimatnya. Tak menemukan niat Keiko untuk menjawab pertanyaannya membuat ia menghela nafas berat.
"..mungkin bisa aku handle masalah keluargaku, tapi tidak untuk membuat Lulu marah semalam..mungkin aku berpikir pendek, boleh dibilang, ini salah..harus sampai mabuk-mabukan, harus berpura-pura nggak ada masalah depan kamu dan Lulu..tapi aku bingung harus bagaimana.." terdengar suara penyesalan ditelinga Keiko. 
Keiko melirik Dewa dari sudut matanya, dilihatnya lelaki itu sedang berdiri terpaku, memandangi arah tangan Keiko menyirami tanaman bunga nya. Tampak sedih. Dalam sekejap hati Keiko luluh, tak tega melihat Dewa dalam keadaan kacau begini.
Keiko langsung meletakkan selang airnya dan berjalan menuju keran air.
"..yang salah aku, Wa'..harusnya nggak nambah beban kamu.." Keiko melunak.
"..aku nggak pernah anggap kamu beban aku, Kei...kamu justru banyak membantu dalam segala hal.." kata Dewa bersungguh-sungguh. Keiko memandangi Dewa.
"sebenarnya..aku marah bukan karena kamu mabuk, walaupun aku nggak suka dengan lelaki pemabuk, tapi..aku benci kamu nggak jujur sama aku..kenapa mesti berbohong kalau mama papa kamu keluar kota, padahal mereka sedang ada disini, ..."
"..kamu nyaman harus tinggal dirumah yang hampir tiap harinya mendengar suara orang teriak-teriak, membentak, memukul benda ini, benda itu..nyaman, Kei...??..nggak kan...?" Dewa memotong kalimat Keiko. 
Keiko memandangi Dewa yang mengangkat tangannya tinggi-tinggidiatas kepala. Meregangkan otot-ototnya yang kaku. Terlihat lelah fisik dan emosi, Keiko lalu mengajak Dewa duduk dibangku taman. Dewa menghela napas dan mendekat, duduk disamping Keiko.
"...aku mau ngomong sesuatu..ini masalah mama kamu..semalam simbok nelpon..mama kamu dipukuli..dan beliau nggak sadarkan diri, Wa'.." kata Keiko, namun Dewa bereaksi dengan biasa, hanya tertawa kecil.
"..sori kamu harus dengar itu, Kei..itu sudah hal yang biasa..""..Dewa..aku serius..ini yang bikin aku marah sama kamu..seharusnya kamu yang ada disana..melerai mungkin, atau ngapain kek biar gak berlanjut masalah dirumah kamu..kamu punya hak melakukan itu..tanggung jawab kamu sebagai anak pertama, dan kakak dari Lulu..itu yang benar..bukan cuek begini..pura-pura nggak terjadi apa-apa.." potong Keiko cepat. 
Dewa menerawang..memandang kedepan. Mencerna kalimat Keiko.
"..semalam aku sempat mikir, lebih memilih untuk datang melihat mama kamu ketimbang harus mencari keberadaan kamu yang nggak jelas..tapi aku nggak punya hak buat sok sibuk..padahal ada anaknya diluar sana yang fine-fine saja..dan aku nggak mau kamu dan Lulu..harus kehilangan kasih sayang seorang ibu..kasih sayang keluarga..itu bukan hal yang mudah buat dilewati..percaya Wa'..." terdengar suara Keiko bergetar. Dewa memandangi Keiko dalam diam. Merasakan kesedihan Keiko. 
"..aku sudah pernah merasakannya..dan itu berat.." Keiko berusaha tersenyum, memandangi Dewa. Dewa merasakan kelegaan dalam hatinya. 
"...pulang dan temui mama kamu..aku tahu kamu pasti bisa menyelesaikan ini.." ucap Keiko. Dewa tersenyum dan mengangguk kemudian meletakkan tangannya di pipi Keiko, membelainya perlahan. Keiko merasa meleleh saat melihat cara Dewa menatapnya dan merasakan belaian lembut tangan Dewa dipipinya.
"..makasih, Kei..kamu masih percaya sama aku..aku sempat mikir apa yang kamu bialng tadi..tapi aku selalu tidak pede..merasa aku jalan sendiri, sementara ada Lulu disana, masa depan aku..sekolah..mimpi-mimpi ku..keluarga ku..tapi, aku sekarang senang, mengetahui ada yang peduli.."
Keiko tersenyum dan mengangguk.
"..mengetahui ada kamu yang selalu bisa membuka pikiran aku, selalu ada setiap aku butuh..dan aku harap, kamu selalu ada disini buat menenangkan aku, Kei.." mendengar itu Keiko terkesiap. Namun segera tersadar begitu mengingat komitmen yang sudah ia sepakati dengan hatinya semalam.
"..rumah ini selalu siap jadi rumah kedua untuk kamu,Wa'..kapan saja kamu bisa kesini.." Keiko segera menepis tangan Dewa dari pipinya dengan cara yang membuat Dewa tertegun penuh tanda tanya. Merasakan Keiko menghindarinya. Baru saja Dewa ingin mengungkapkan isi hatinya. Memberi tahu apa yang di rasakannya beberapa hari ini. Namun ia menahan diri. Keiko seperti membangun jarak darinya.
Keiko berdiri, mulai merasakan aura yang aneh disekelilingnya, salah tingkah, Keiko pun melangkah masuk ke dalam rumah sambil berbalik memandangi puggung Dewa yang masih duduk di bangku taman.
"...Aku siapin barang-barang Lulu..trus kita bareng kerumah kamu..aku juga mau lihat keadaan mama kamu.." kata Keiko tanpa menunggu persetujuan Dewa dan bergegas masuk. Dewa menggaruk kepalanya yang tak gatal. Memang belum saatnya, pikir Dewa dan beranjak masuk ke dalam rumah.

0 komentar:

Posting Komentar