Love Do [Part 20]

Mona menyodorkan segelas teh hangat untuk Keiko yang sedang duduk di Bangku taman sekolah seraya memijit-mijit perutnya. Butiran keringat menghiasi keningnya.
"Pulang aja, Kei...nanti biar gue yang lapor ke wali kelas..muka lu pucat banget tuh.." kata Mona dan mengeluarkan tisu dari kantong bajunya.
"..gak ahh,Mon..ujian gak lama lagi..kalau gak hadir di minggu-minggu terakhir bisa susah belajarnya..mau minjam catatan pasti susah juga.."
"kan ada gue..fotocopy..beres.."
Keiko mengusap keringat dikeningnya dan tersenyum kecut. 
"..atau mau gue panggilin Dewa..??..biar bisa ngantar lu pulang..?"
Keiko buru-buru menggeleng. "..jangan..jangan,Mon..gak usah..gue lagi nggak mau ngerepotin dia dulu..dia banyak ujian tambahan karena bolos tanding basket..kalo pun harus pulang nanti biar minta dijemput Ayah..atau bisa nyebrang doang ke resto..." 
Mona mengerutkan dahi mendapati Keiko terbata-bata.
"..ya sudah,..pulang aja ya,Kei..istirahat..kompres perutnya dengan air hangat..lu bisa pingsan kalo sakitnya ditahan.."
Keiko mengangguk. Mona segera berdiri dan membantu Keiko bangkit dari duduknya.
"..gue jadi pengen tau, kalo datang bulan begini, pacaran ala lu dan Dewa bagaimana yah..??..berantem apa kagak..?" pertanyaan sederhana Mona ini membuat Keiko tersenyum getir. 
"..gak mesti nunggu datang bulan kalau mau berantem sama dia kali,Mon.." jawab Keiko santai dan Mona bereaksi dengan cengiran khasnya.
------------------------------------------------------------

Butuh 15 menit lamanya buat Dewa menunggu pesanan makan siang nya datang. Untungnya jam kedua pelajaran gurunya cuma ninggalin catatan. Sempat sewot beberapa saat namun hilang ketika melihat Bondan dan Lana jalan bersama menuju kantin sekolah. Alih-alih menghindari salah satunya, Dewa malah dihampiri kedua orang itu.
"..kok sendiri makan siangnya..?..mana Keiko..?" tanya Lana sambil matanya menyusuri isi kantin mencari sosok Keiko.
"..lagi di kelasnya.." jawab Dewa santai dan melahap makan siangnya.
Dewa bersyukur saat ekor matanya mendapati Mona yang juga sedang ada di kantin. Dengan sekali lambaian, Mona datang mendekati ketiga orang ini.
"..baru makan siang Wa'..??" tanya Mona setelah menyapa Bondan dan Lana.
Dewa mengangguk merasa aman dengan kehadiran Mona di antara mereka, setidaknya ia bisa dengan lahap menikmati makan siangnya dari pada harus meladeni Bondan dengan Lana. Sungguh hari ini ia tidak punya semangat untuk ber-basa-basi dengan teman-teman disekitarnya. 
"..pasti gara-gara ujian tambahan lu,..biar Keiko dan makan siang pun lu lupa.." lirih Mona membuat Dewa berhenti sejenak ketika mendengar nama Keiko dan dengan cuek nya melanjutkan kembali makan siangnya.
"Oh iya, Keiko mana, Mon...?" tanya Bondan. 
"..pulang..sakit tadi.."
Dewa mendongak, mengalihkan pandangannya pada Mona yang duduk tak jauh darinya. Menatapnya dengan pandangan cemas.
Seperti tahu arti tatapan cemas itu Mona kemudian tersenyum, "..datang bulan, hari pertama,..perutnya sakit jadi gue suruh pulang..Keiko sengaja gak ngabarin lu katanya lu lagi bnyak ujian tambahan.."
Nafsu makan Dewa hilang. Dengan susah payah ia menelan makanan dimulutnya. Memang sudah seperti ini Keiko, ia selalu merasa bisa mengatasi masalahnya sendiri, tanpa perlu memberi tahu Dewa. Sebaliknya ia adalah orang yang selalu melibatkan Keiko dalam urusannya dan selalu ingin tahu apa yang dilakukan Keiko. Sejak kapan..?.,sejak ia mulai merasakan perasaan yang berbeda untuk cewek yang menjadi pacar sementaranya itu. Meski dengan setengah hati memutuskan untuk berpisah dulu namun rasa ingin tau nya tentang keadaan Keiko begitu besar. Tapi tidak kali ini. Rasa ingin tahu nya dikubur dalam-dalam.
Meski hari ini dengan diam-diam ia memperhatikan gerak-gerik Keiko sejak pagi tadi dari kelasnya, tak sengaja mendapati Keiko melintas depan kelas nya beberapa menit sebelum jam istirahat berbunyi, tapi tanpa raut muka sedang sakit. 
Memang tidak adil. Ia yang sudah berusaha berdamai dengan hatinya semenjak di tegur dengan Jimmy tentang sikap bossy nya dulu, justru mendapati dirinya terlihat bodoh dengan mengharapkan bisa mengimbangi keadaan Keiko. Yang didapatnya justru ke-tidak-nyaman-an Keiko dengan hubungan mereka.
"..ada yang aneh sama kalian berdua.." Mona membuyarkan lamunan Dewa. Kebingungan, Dewa langsung berdiri, "Gue balik ke kelas duluan..gue masih ada ujian.." Dewa berbohong dan tanpa menghiraukan seruan Mona ia beranjak pergi meninggalkan makan siang nya yang belum habis.
-----------------------------------------------------------------------------------------

Dewa mengetuk pintu kamar Lulu,adiknya.
"Luluuu..."
Lulu yang sedang belajar diatas tempat tidurnya langsung berbalik dan mendapati kakaknya sedang berdiri diambang pintu yang memang sedang terbuka.
"kak Dewa..??kenapa..??"
"..rumah kok sepi..papa sama mama mana..?"
"..gak tau..Lulu belum ketemu dari pagi.."
Dewa mendekat dan langsung merebahkan badannya sambil mengambil boneka Lulu. Melihat Boneka yang dipegangnya adalah boneka yang sama dengan yang dihadiahkannya untuk Keiko dulu membuat Dewa bangun lagi dan menjauhkan boneka itu darinya. Keiko benar-benar sudah membuatnya merasa gila. Sepertinya rumah ini juga menyimpan jejak-jejak Keiko.
Lulu mengerutkan dahi melihat tingkah kakaknya.
"..Lulu udah makan belum..??" tanya Dewa setelah terdiam sesaat. Lulu menggeleng, "..nungguin mama pulang dulu.." jawab Lulu kalem.
"..ikutan sama kakak saja yuk..makan burger..mau..??bosan nih sama masakan mbok Darmi..yukk.." ajak Dewa. Lulu terdiam sejenak. Memanyunkan bibirnya, "..tapi kan kasihan mbok Darmi nya sudah masak.."
"..udah, ayok..sekalian ngajak mbok Darmi juga boleh..kasihan dirumah terus..ayok.." Lulu tersenyum dan mengangguk keras. Menyukai ide kakak nya untuk mengajak mbok Darmi untuk ikutan keluar bersama mereka.
------------------------------------------------

Dewa memperlambat laju mobilnya saat melewati deretan rumah di perumahan ini. Lulu tak berhenti cerita dengan mbok Darmi tentang keluarga mbok Darmi dikampung. Dewa jadi pendengar setia sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mengamati rumah-rumah yang dilewatinya.
"..kak Keikoooo..." tanpa sadar Dewa menginjak rem saat mendengar Lulu berseru seraya menunjuk keluar.
Dewa kaget sendiri dan menoleh kearah Lulu menunjukkan tangannya. Mbok Darmi sewot dibelakang.
"..mana..?" tanya Dewa.
"..nggak, maksud Lulu..kenapa kita nggak ajak kak Keiko juga pergi makan burger.." Dewa menghela napas setelah sadar ternyata mereka saat ini sedang berada tepat didepan halaman rumah Keiko yang sepi. 
"Keiko nya lagi sakit...jadi nggak bisa diajak jalan.."
"sakit apa toh,den...?" tanya mbok Darmi.
"..sakit perempuan,mbok...lagi datang bulan katanya.."
"..pantas saja kak Dewa hari ini bete'..kita nih korbannya.." kata Lulu sewot.
Dewa menyandarkan punggungnya. Matanya menatap kosong keluar jendela mobil, kearah rumah Keiko.
"..are you OK, ikan asin...?" batinnya, rindu.

---------------------------------------------------------------------------------
Lulu mengusap mukanya dengan air setelah tadi harus meladeni Dewa perang es krim. Di temani mbok Darmi, Lulu keluar dari kamar mandi stand es krim dan kembali menemui Dewa yang tengah berdiri dengan tatapan kosong keluar seperti memandangi sosok orang yang ada tak jauh dari tempatnya berdiri. Di seberang, tepatnya di cafe. Seseorang yang dikenalnya baik. Papa nya dan seorang wanita tengah duduk berdua menikmati makan malam mereka di dalam cafe itu.
"..kak Dewa..habis ini kita kemana..?" tanya Lulu antusias.
"..kita disini dulu.." jawab Dewa tanpa mengalihkan pandangannya pada Lulu. Matanya masih merekam apa yang dilihatnya. Memastikan yang dilihatnya itu bukan papa nya. Dan memastikan apa yang ada di pikirannya salah. Namun kening Dewa berkerut saat melihat satu gerakan aneh yang dipertunjukkan wanita yang bersama papa nya mengulurkan tangan dan menyentuh pipi papanya. 
"Den.." Dewa menoleh ke mbok Darmi dengan tatapan dingin. Mbok Darmi juga melihat adegan itu. Tatapan Dewa kosong. Takut tidak bisa mengendalikan dirinya, ia bergegas melangkah pergi sambil menarik tangan Lulu.
"..kita pulang sekarang,Lu'.." 
Lulu protes. Namun Dewa tak menedengar apa yang Lulu omeli. Yang dia tahu, otaknya seakan membeku. Matanya terasa panas. Dan sepanjang perjalanan pulang Dewa hanya diam.

0 komentar:

Posting Komentar