Love Do [Part 26]

Karena lemah secara fisik, mama Dewa harus menjalani perawatan khusus di rumah sakit. Sudah 2 hari ini Dewa bolak-balik rumah, sekolah dan rumah sakit. Keiko sempat menjenguk mama Dewa sekali, saat sehari setelah kejadian Dewa mabuk-mabukan. Setelah itu Keiko tak pernah datang lagi karena sibuk menyiapkan ujian nasional nya. Bertemu dengan Dewa pun sangat jarang, pernah sekali tapi hanya membahas keadaan keluarganya. Dewa lebih care dengan keadaan mama nya dan adiknya Lulu. 
Seperti hari ini, saat Keiko beristirahat di depan kelasnya, duduk ditemani Mona, Dewa melintas tanpa melihat ada Keiko yang sedang duduk disana. Keiko memandangi Dewa sampai sosoknya hilang masuk kedalam ruangan lainnya.
"..Beneran putus kalian...?" tanya Mona.
"..nggak tau, Mona..tapi gue nggak mikir itu sekarang kok..gue senang Dewa sekarang lebih peduli sama keadaan keluarganya.."
"..tapi nggak sampai secuek ini dianya ke elo kali, Kei..."
"..lagi sibuk dia..harus mikir masalah keluarga..mikirin ujian nasional ini..ngurus beasiswanya..banyak..kalau gue jadi Dewa pasti begini juga kayak dia.."
Mona terdiam, mencerna kalimat Keiko. Keiko tersenyum melihat Mona yang hanya manggut-manggut. Pandangan Keiko lalu beralih jauh kedepan, melihat Dewa sedang berbicara dengan Lana. Seperti sedang mengatur janji atau semacamnya. Keiko buru-buru mengalihkan wajahnya saat Dewa dan Lana berpisah lain arah dan Dewa kembali berjalan kearahnya. Takut ketahuan sedang duduk didepan kelas, Keiko bergegas berdiri dan meninggalkan Mona sendiri untuk masuk kedalam kelasnya. 
Dewa melihat itu. Tapi menahan dirinya untuk tidak menegur Keiko. Dua hari ia tidak mengetahui keadaan Keiko, terlalu sibuk mengurus mama dan persiapan ujian nasional ini. Belum lagi harus menghadapi papa nya yang beberapa hari ini memilih tidak pulang kerumah. Misi nya untuk membuat utuh kembali keluarganya memang menyita waktu dan pikirannya, hingga permasalahan hatinya harus di lupakannya dulu.
-----------------------------------------------------------------------------------

Keiko menghempaskan badannya di kursi kasir Neko. Siang ini dari sekolah dirinya singgah di Neko. Tak bersemangat untuk pulang kerumah. Sempat diomeli ayahnya, tapi Keiko memilih tinggal untuk bekerja.
"..Kei..kabar mamanya Dewa bagaimana...?sudah baikan..??" tanya mbak Bian.
Keiko mengangguk, "..tapi belum bisa bicara, mungkin masih shock..mungkin masih butuh dirawat jadi hari belum di izinin pulang..." jawab Keiko.
"loh, kok mungkin...??kamu nggak pernah jenguk lagi, ya...?"
Keiko menggeleng sambil memandangi mbak Bian. 
"..kalau gitu kamu harus kesana..ngapain tinggal disini..mama dari pacar kamu itu lagi sakit..perhatian dikitlah, Kei...biar Dewa makin sayang kamu.."
Keiko tersenyum pahit. Mbak Bian memang tidak tahu kalau ia dan Dewa hanya pacaran boongan. Hanya Ayah nya, dan Mona yang tahu.
"..nih, sekalian kamu bawa kue ini kesana..mbak tadi habis nyoba resep kue..sepertinya enak, ayahmu juga suka..." mbak Bian nyodorin sekotak kue.
Keiko sebenarnya tak ingin pergi, tapi karena mbak Bian sepertinya sudah menyiapkan kue itu dan berhubung ada rasa kangen bertemu dengan Dewa membuatnya mengiyakan arahan mbak Bian untuk menjenguk mama Dewa di rumah sakit.
Dengan masih memakai pakaian seragam Neko, Keiko pergi dengan naik taxi. Untung bawa jaket, jadi tidak terlalu kelihatan mirip seorang pelayan, pikir Keiko sedikit mengkritik gaya pakaian nya hari ini.
-----------------------------------------------------------

Sampai di rumah sakit, Keiko berusaha menghubungi ponsel Dewa, takutnya mama nya sudah keluar, Keiko berinisiatif bertanya ke bagian lobi rumah sakit. Ternyata mama Dewa masih di rawat. Keiko mengatur napasnya saat berjalan di koridor rumah sakit yang berkelas itu. Didalam lift Keiko terkejut melihat siapa yang ditemuinya. Papanya Dewa.
"..Keiko kan..?"
"..eh, om..iya,om..saya Keiko.."
"..mau kemana..??ada keluarganya yang sakit disini..?"
"..mmm..sebenarnya..Kei mau jenguk tante,om..ada titipan dari rumah buat tante.." Keiko terbata-bata.
Papa Dewa tersenyum mengangguk sekilas melihat bingkisan ditangan Keiko.
"om sendiri mau kemana..?" tanya Keiko yang dijawab dengan tawa lirih papa Dewa. Keiko sadar itu adalah pertanyaan bodoh. Tentu saja ingin menjenguk istrinya. Keiko tertawa pahit.
"..mau ketemu tante juga..ketemu Lulu, ketemu Dewa..tapi om nggak yakin masih diterima sama keluarga om atau tidak.."
Keiko mengangguk, ada rasa senang mendengar pernyataan papa Dewa.
"..kamu pasti sudah dengar ceritanya dari Dewa langsung kan masalah keluarga kami..?"
Keiko mengangguk, "iya om".
"..om senang, kamu masih mau terima Dewa dengan keadaan keluarga nya yang seperti ini..kamu masih mau ada didekatnya saat dia punya masalah dengan keluarganya..om wakili Dewa minta maaf sama kamu..harus ikut susah jagain Lulu, Dewa cerita semuanya kok, dan ini membuat om merasa bersalah,..jangan ninggalin Dewa, Kei..cukup mama mereka yang membenci om, Dewa mungkin sudah memaafkan om, Lulu belum tahu apa-apa, tapi om tahu, masalah keluarga seperti ini bukan hal mudah dibawa kedunia anak muda seperti kamu dan Dewa.."
Pintu lift terbuka, keduanya berjalan keluar menuju kamar rawat mama Dewa.
"..saya dulu pernah merasakan ini juga kok om..tidak diterima baik oleh keluarga dekat, bahkan sampai sekarang..tapi masa depan saya masih panjang, saya nggak mau sia-siakan masa muda saya dengan terpaku sama keadaan..harus melakukan hal positif dan membanggakan keluarga itu adalah mimpi saya.." kata Keiko menjawab ungkapan hati papa Dewa.
Papa Dewa tersenyum sambil mengacak-acak rambut Keiko. Keiko tersenyum lebar. Tapi langsung berhenti berjalan mensejajari langkah papa nya Dewa melihat Dewa disana, didepan kamar rawat mamanya sedang ngobrol bersama Lana.
"..loh, kok berhenti, ayok.." papa Dewa ikut berhenti melihat Keiko tinggal dibelakangnya.
"..ehh,..om duluan saja, Keiko mau ke ..ke..ke WC dulu..kebelet pipis tadi om.." Keiko panik, segera menghilang sebelum dilihat Dewa. Papa Dewa terlihat kebingungan melihat Keiko yang berbelok arah ke toilet yang mereka lintasi tadi. 
Papa Dewa berjalan kembali dan Dewa surprise melihat papa nya muncul.
Lana juga, segera ia memasang wajah manisnya memandangi papanya Dewa datang. 
"...bagaimana keadaan mama..?" tanya Papanya. 
"..masih nggak mau bicara..masih lemah,Pa.." jawab Dewa tenang.
"..kamu yakin mama mau maafin papa..?" Dewa memandangi papanya yang nampak tak yakin. 
"..mungkin dengan melihat papa, mama bisa pulih kembali..hanya itu yang penting buat Dewa, papa minta maaf dan buat mama bisa kembali bicara atau setidaknya sembuh..." kata Dewa, "..pasti bisa, Pa..!" sekali lagi Dewa meyakinkan papanya. Akhirnya dengan sekali anggukan papanya tersenyum lebar.
"..makasih, nak..papa usahakan..demi kamu dan Lulu.." ucapan papanya membuat Dewa tersenyum lega.
"..oia..jangan biarin orang lain masuk dulu sampai papa selesai ngomong sama mama..termasuk Keiko..tahan dia diluar..biar ada yang nemanin kamu nantinya.." kata Papa Dewa membuat Lana yang mendengar itu langsung mengedarkan pandangan mencari sosok Keiko. Dewa mengernyitkan keningnya.
"..iya, Keiko ada disini, katanya mau ke WC dulu, eh,papa masuk yah.." kata Papa nya dan masuk kedalam kamar tempat mamanya di rawat.
Dewa pun melirik ke Lana yang masih mengedarkan pandangannya ke arah toilet.
"..ehh, gue antar ke tempat parkir ya, Lan.." kata Dewa dan Lana mengangguk.
"..Keiko mana..??kenapa bisa bareng sama papa kamu datangnya..?"
"..nggak ngerti juga,..biasanya bilang dulu kalau mau datang.."
"..pacar kamu memang aneh..."Mendengar kata pacar keluar dari  mulut Lana membuat Dewa tertawa kecil. Kalimat yang sudah lama tak didengarnya. "Pacar.." diulanginya kalimat itu dan Lana bingung sendiri melihat Dewa tertawa sendiri.
Keduanya kini berjalan ke arah lift dan Dewa menoleh kearah kanannya saat melintasi toilet wanita, ia tahu Keiko ada didalam sana. Ngumpet.
-----------------------------------------------------

Setelah mengantar Lana ke parkiran, Dewa bergegas kembali kekamar mamanya, tak lupa membeli minuman kaleng untuknya, papa dan buat Keiko. Mengetahui Keiko ada dirumah sakit membuatnya senang. Ia juga begitu senang melihat akhirnya papanya memenuhi janjinya kemarin untuk datang menjenguk mamanya, setelah susah payah ia berdamai dengan diri sendiri dan memberanikan diri mendatangi papanya dikantor kemarin. Dengan langkah cepat, Dewa bergegas kembali karena ingin bertemu Keiko.
Dan benar saja, Keiko sedang duduk dikursi tunggu pasien depan kamar rawat mamanya, sambil menengadahkan kepalanya memandangi layar TV yang menggantung di sudut ruangan tunggu.
Keiko terkejut saat Dewa berdiri didepannya sambil menyodorkan minuman kaleng kearah Keiko. Keiko memperbaiki caranya duduk dan mengambil minuman kaleng dari tangan Dewa.
"..kirain kamu sudah pulang.." kata Keiko.
"..malam ini rencananya mau nginap disini temani mama, tapi tante-tante aku, adik dari mama yang tinggal di Bandung mau datang kesini buat jagain mama malam ini, sambil nunggu mereka datang aku stay disini dulu.." kata Dewa dan duduk disebelah di kursi tepat dibawah TV rumah sakit. Keiko jadi susah untuk memandangi layar TV karena langsung berhadapan dengan Dewa. Padahal dia sudah berharap TV itulah nantinya yang bisa mengalihkan perhatiannya. Akhirnya Keiko memilih memandangi lukisan-lukisan yang menempel didinding-dinding koridor rumah sakit berkelas itu.
Dewa melirik Keiko, melihat wanita itu sedang menyeruput minuman kalengnya, sambil mengatur letak jaketnya, mengatur letak poninya dan posisi duduknya. Keiko merasakan pipinya panas, ia tahu Dewa pasti saat ini sedang memandanginya, saat Keiko menoleh kearah Dewa-untuk protes-yang didapatinya justru Dewa sedang menunduk. Keiko menelan ludah, merasa ke-ge-er-an.
"..mmm..Lulu mana..?" Keiko memecah keheningan.
Dewa mendongak memandangi Keiko, "..masih ditempat les, dari sana nanti mau kesini kok.." jawab Dewa.
"..ouwww.." Keiko mengangguk dan kembali memandangi lukisan didepannya. Mulai merasa canggung. Dewa tersenyum melihat itu. Gadis manis didepannya itu membuat manyun bibirnya sendiri. Menggaruk hidungnya, kebiasaannya kalau lagi bingung. Ya ampun, Dewa menghela napasnya panjang, mengenyahkan rasa rindunya ke Keiko.
"..loh, kenapa..?" Keiko kaget mendengar helaan napas Dewa. Dewa menggelengkan kepalanya, ikut terkejut juga. Tak menyangka helaan napasnya tadi terdengar oleh Keiko. Begitu besarnya kah rindunya hingga helaan napasnya terdengar oleh Keiko. Pikir Dewa, surprise.
"..papa kamu masih didalam yah..?" tanya Keiko serius. Dewa menaikkan pundaknya, "sepertinya sih iya.."
Dewa bangkit dari duduknya dan berjalan kearah kamar mamanya, dan membuka pintu kamar rawat, mengintip ke dalam, ia melihat papanya disana, memandang kearahnya, tersenyum dan Dewa membalas dengan senyum lebar ketika melihat mamanya juga menoleh kearahnya sambil tersenyum.
Dewa menutup kembali pintu kamar dan berbalik ke Keiko. "..masih ada,.kamu buru-buru mau pulang..?" tanya Dewa.
"..iya nih, kesini tadi cuman mau ngantar titipan mbak Bian.." jawab Keiko. Dewa melirik bingkisan yang dimaksud Keiko. Ia bergegas mendekati Keiko dan duduk disebelah kanan Keiko kemudian melintasi wajah Keiko dengan badannya untuk mengambil bingkisan yang ada disebelah kiri Keiko.
"..ini apaan sih...??" tanya Dewa yang dengan spontan membuat gerakan yang membuat Keiko menahan napasnya. Ia bisa melihat wajah Dewa sedekat itu, hanya beberapa centi hingga hidungnya bisa menghirup wangi Dewa. Wangi parfum yang lama tak dia hirup lagi, wangi yang selalu dibencinya tapi selalu membuatnya rindu. Keiko mengutuk pikirannya sendiri saat sempat melihat dari dekat alis mata Dewa, garis hidungnya dan sudut bibir Dewa. Keiko buru-buru menelan ludah, membasahi tenggorokannya yang mengering karena menahan napas.
Dewa sudah kembali keposisinya semula, duduk disebelahnya dan memangku bingkisan kue titipan mbak Bian.
Keiko juga mengutuk desain kursi tunggu pasien dirumah sakit ini, kenapa harus sedekat ini spasi antara kursi yang satu dengan kursi yang lainnya. Keiko mengerang dalam hati.
"..wowww..sepertinya enak..boleh makan satu yah, Kei...?" tanya Dewa.
"..loh, jangan..itu buat orang sakit..nggak boleh.." keiko buru-buru menahan tangan Dewa untuk membuka kotak kue itu.
"..satu doang kok, Kei..lapar nih..belum makan dari siang.."
"..yang salah siapa..??kenapa nggak makan disekolah..??"
Dewa menoleh ke Keiko. 
"..maunya sih delivery service dari kamu..tapi kamunya sibuk sih tadi disekolah.."
"ada juga kamu yang sibuk tadi..." Keiko membela diri. Dewa tersenyum. "..kok tau kalau aku sibuk..emang tadi disekolah lihat aku.." tanya Dewa membuat pipi Keiko merona.
"..e..enggak..kata Mona tadi sempat lihat kamu melintas depan kelas nggak tau ngurus apaan.."
"..oohh..dari Mona..?"
Dewa pura-pura mengerti meski tahu Keiko berbohong. Keiko melirik ke Dewa, melihat Dewa kembali menutup bingkisan tersebut, Keiko pun mengambil paksa bingkisan itu dan membukanya kembali, menyodorkan sepotong kue ke arah Dewa. Dewa menggelengkan kepalanya, tak merasa lapar lagi."..katanya tadi lapar.."
Dewa masih menggeleng. Memilih bersandar dan melihat kelayar TV.
"..Dewa...mau nggak nih..?" Keiko masih menyodorkan kuenya.
Tapi Dewa masih menggelengkan kepalanya, cuek.
"..ya sudah, aku masukin lagi saja, ini buat tante dan om,dan Lul..." belum sempat Kei menyelesaikan kalimatnya dan memasukkan kembali kuenya kedalam kotak kue, tangannya sudah digenggam Dewa dan diarahkannya kue tersebut kemulutnya. Keiko terperangah melihat Dewa sekali suap memasukkan kue kedalam mulutnya dan merasakan ujung jari Keiko mengenai gigi Dewa. Dewa tersenyum sambil mengunyah kuenya. Keiko terlihat kesal dan menarik tangannya untuk meninju bahu Dewa. Dewa masih tersenyum dengan mulutnya yang penuh dengan kue. Keiko tertawa melihat tingkah Dewa.
"..rakusssss...tangan aku dikirain kue sampai digigit juga.." Dewa tertawa mendengarnya dan menelan kuenya.
"..satu lagi dong..kuenya enak,Kei..." rengek Dewa.
"Enggak..sudah..ini buat tante sama om, sama Lulu..kamu cuma dapat satu.." Keiko mempertegas kalimatnya sambil menutup kotak kue.
"..Aaaaaaaa'..." Dewa mendekatkan wajahnya kesamping Keiko sambil membuka mulut, meminta disuapi.
Keiko menaikkan sebelah alisnya dan mendorong pipi Dewa. Tapi Dewa masih melakukan hal yang sama sambil tertawa.
"..aaaaaaaa'..." lanjut Dewa seperti anak kecil. Keiko tertawa melihat tingkah Dewa dan akhirnya luluh juga. Ia pun menyuapi satu potongan kue untuk Dewa. Keduanya berbagi tawa. Bertemu mata pun tak bisa dihindari. Keiko tersenyum kecil dan mengalihkan matanya memandangi remah-remah kue disudut bibir Dewa. Dewa menyukai cara Keiko membersihkan remah-remah kue disisi bibirnya. Keiko terkejut sendiri mendapati dirinya melakukan hal itu, hingga ia menghentikan jarinya yang sedang sibuk dan kembali memandangi Dewa. Mendapati Dewa memandangi nya juga membuat hati Keiko jumpalitan. 
Bersamaan dengan itu pintu kamar rawat mama Dewa terbuka. Dewa berbalik mendapati papanya berdiri dibalik pintu memandangi keduanya, Keiko pun demikian dan buru-buru menarik tangannya dari wajah Dewa. 
"..ck..ck.anak muda sekarang,..kangen-kangenan ditempat umum.." kata Papanya. 
Keiko langsung berdiri, "..aku boleh nemuin tante sekarang nggak om..?" dan dijawab dengan anggukan kepala papanya Dewa. Keiko pun membawa bingkisannya dan masuk kedalam kamar rawat. Dewa menyusul dibelakang, sambil membalas lirikan papanya yang membuatnya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Mama Dewa masih nampak lemah, ia hanya bisa tersenyum saat Keiko mengelus tangannya.
"..tante aku bawain kue buatan mbak Bian..nanti kalau udah enakan keadaannya dicicip ya, tante.." kata Keiko dan mama Dewa mengangguk.
"..makasih, sayang.." suara lirih mama Dewa membuat Keiko melototkan matanya dan mendongak memandangi Dewa yang juga terkejut mendengar itu seraya menoleh kearah papanya.
"..tante udah bisa bicara, Wa'.." girang Keiko. Dewa langsung menghambur kearah papanya, memeluk papanya dengan erat. Keiko terharu melihat adegan itu. Dewa juga mendekati mamanya dan mencium kening mamanya. Terlihat ada airmata disudut mata Dewa. Mata Keiko berkaca-kaca. Ia tersenyum senang melihat Dewa mengelus-elus pipi mamanya dengan sayang. Sesekali menciumi pipi mamanya. Keiko tak bisa menahan airmatanya. Kenangan akan almarhumah mamanya melintas. Adegan yang sama, namun bukan airmata kebahagiaan, airmata kehilangan, karena mamanya saat itu pergi meninggalkan nya sendiri dari dunia ini. Keiko mengusap airmatanya segera ketika mendengar suara Lulu yang baru tiba juga menghambur kearah mamanya. Keiko mundur beberapa langkah. Memberi ruang untuk keluarga itu berkumpul merayakan kebahagiaan. Keiko mendekati simbok yang berdiri juga memandangi keluarga itu berbagi kebahagian. Simbok tampak mengusap airmatanya. Keiko hanya merangkul pundak simbok dan menoleh ke pintu ketika beberapa orang masuk, dan Keiko meyakini inilah keluarga besar Dewa. Keiko mengedarkan matanya memandangi satu-persatu keluarga besar Dewa. Sepupu-sepupu Dewa yang nampak berada. Keiko seketika mengingat kalimat ayahnya tentang status sosial keluarga Dewa dan dirinya.
Belum lagi kalau Dewa tahu tentang rahasia hidupnya, tentang ia adalah orang yang tak diterima oleh keluarga mamanya sendiri, apalagi keluarga Ayahnya yang sebenarnya. Keluarga Ayahnya yang sampai saat ini belum ia tahu dimana. Jangankan keluarga Ayahnya, Ayah biologisnya sendiri pun ia tidak tahu dimana sekarang.

Sungguh Keiko merasa ia tak layak ada didalam ruangan ini. Tak layak di bagikan aura kebahagiaan ini. Keiko tersenyum kecil, mengutuk dirinya sendiri sudah berpikir pernah berusaha masuk ke keluarga ini. Keiko memandangi Dewa dari jauh, tengah memeluk satu persatu keluarganya yang datang dan kembali memeluk papanya. Tempat ku bukan disini, pikir Keiko dan mengusap airmatanya, diam-diam meninggalkan ruangan itu.
---------------------------------------------------------

Entah berapa lama Keiko berjalan tanpa tujuan disepanjang koridor rumah sakit dengan setengah melamun. Memikirkan nasibnya yang tak jelas status lahirnya, yang terpaksa dijauhkan dari Ayahnya, yang terpaksa dibenci oleh keluarga mamanya sendiri, dan terpaksa menjauhkan diri dari mamanya sendiri sampai merasa cukup dengan kemandiriannya. Hidup bersama ayah angkatnya, om Dibyo yang mencintai mamanya dan dirinya diatas segalanya. Yang harus berjuang sendiri, melawan rasa cintanya ke seseorang yang jelas-jelas dirinya tak layak di miliki. 
Keiko mengerang dalam hatinya. Menyesal harus memikirkan hal ini. Padahal dia sudah bertekad untuk tidak lagi memikirkannya.
Seketika ia berhenti saat melihat seseorang yang ditemuinya di lobi rumah sakit, kak Tomi. Seulas senyum nampak diwajahnya saat kak Tomi mendekatinya dengan wajah yang penuh kekhawatiran.
-------------------------------------------------------------------

"..Makasih,pa..sudah membuat mama bisa bicara kembali dan berangsur membaik keadaannya.." bisik Dewa dalam rangkulan papanya. Masih dalam suasana bahagia ditengah keluarganya.
"..sama-sama,nak..papa juga berterima kasih sama kamu, kamu dengan tangan terbuka mau maafin papa, mau kasih kesempatan untuk papa untuk minta maaf ke kamu, mama dan Lulu..masih mau mengingatkan bahwa papa salah selama ini melupakan kalian..papa bangga sama kamu.." kata Papanya dan menepuk pundak Dewa.
"..papa bangga, kamu membuka pikiran kamu dan bersikap sebagai lelaki sejati..papa tahu kamu belajar semua itu bukan dari papa, bukan dari mama..ini membuat papa malu sama kamu..belajar dari siapa,..??dari Keiko..?" kata papanya dan Dewa tertunduk, senyum sendiri dan menoleh kearah papanya. Dewa mengangguk dan berbalik kebelakang, mencari sosok yang membuatnya punya keberanian melakukan hal yang mustahil dilakukannya sebagai seorang Dewa yang cuek.
Melihat Keiko tak ada lagi dalam ruangan itu membuat Dewa panik.
"mbok..Keiko mana..?" tanya Dewa membuat hening isi kamar yang tadi sempat riuh.
"..ehh,..ta..tadi ada disini,den..." jawab simbok juga panik sendiri.
"..iya..kak Keiko nya tadi ada disini kan, kak...??iya kan ma, pa..??" Lulu juga bergegas mendekati simbok.
"..siapa sih yang dicari,..??Keiko itu siapa,mas..?" tanya salah satu keluarga Dewa.
"..pacarnya Dewa,mbak.." jawab papa Dewa. Dewa pun bergegas mengambil ponselnya yang sejak tadi ia tinggalkan di dalam tas sekolahnya.
"..ohh..cewek manis yang tadi berdiri disebelah simbok..??kirain pengantar makanan, soal nya pakai baju seragam restoran apa gitu..sepertinya aku pernah makan direstoran itu.." salah satu tante Dewa berbicara. 
Dewa tak menggubris itu, ia lebih fokus merogoh tasnya, mengambil ponselnya. Disana ada 2 panggilan tak terjawab dari Keiko. Bergegas Dewa menghubungi Keiko dan keluar dari kamar rawat mamanya.
----------------------------------------

"Kei..handphone kamu bunyi tuh.." suara berat kak Tomi disebelahnya membuyarkan lamunannya. 
Sejak perjalanan pulang tadi Keiko hanya melamunkan hal yang sama, sampai-sampai suara ponselnya berbunyi pun tak didengarnya. Ia buru-buru merogoh kantong jaketnya yang terbuka untuk mengambil ponsel dan melihat nama " Dewa Sableng" yang ada discreen ponselnya.
"Kenapa, Wa'...?"
"Ikan asin, kamu dimana...?kok menghilang...??" suara panik Dewa terdengar jelas dtelinga Keiko.
"..ehh..iya, sori..harus buru-buru pulang, Wa'..udah malam juga..mau belajar..belum mandi sore juga soalnya..heheh.." Keiko berusaha mencairkan suasana hatinya.
"kan bisa pamit dulu..aku juga belum sempat kenalin kamu sama keluarga besar aku..sekarang kamu dimana..??"
"..ehh,inii..sudah diperjalanan pulang..."
"..jangan bilang kamu naik bis lagi..cepat turun, sms-in aku kamu dimana, aku jemput..aku antarin pulang..sekarang yaaaa...!!" pinta Dewa sambil kembali masuk kedalam kamar rawat mamanya, mengambil tasnya.
"..nggak usah Wa'..aku udah dijemput..ini lagi diantarin pulang sama kak Tomi.."
"..Apaaa...??" Dewa kaget mendengar itu. Membuat keluarga besarnya pun menoleh kearahnya.
"..sama kak Tomi, tadi nggak sengaja ketemu di lobi rumah sakit..jadinya nebeng pulang..hehehe.." jawab Keiko. Dewa terdiam. Ia langsung menghempaskan badannya di kursi sofa dalam kamar rawat tempatnya menaruh tas nya tadi. Khawatir, jengkel, cemburu semua jadi satu dalam hati Dewa mengingat Keiko diantar kak Tomi.
"Wa'..halo..halo, Dewaaaa...halooooo..??" Keiko manyun sendiri tak lagi mendengar suara Dewa di seberang.
"..ya udah, bye,,," jawab Dewa kemudian dan mengakhiri pembicaraan. Keiko mengernyitkan dahinya dan memandangi ponselnya. Dewa mengakhiri panggilan keluarnya.

Dalam kamar, Dewa menghela napas berat dan memasukkan kembali ponselnya dalam tas dengan cara yang membuat papanya tersenyum dan menoleh kearah isterinya.
"..anak kamu yang satu itu selalu kalah dalam masalah cinta..dia bukan ahlinya,mom..." bisik papa Dewa sambil menggenggam tangan isterinya yang terbaring seraya tersenyum melihat Dewa yang tampak tak bersemangat disudut kamar sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Dikuasai perasaan cemburu.

Love Do [Part 25]

Dewa menggaruk kepalanya yang tak gatal saat melihat keluarga Keiko sedang sarapan. Lulu belum terlihat, begitu juga Keiko. Berpapasan mata dengan Ayah Keiko makin membuat dirinya merasa bersalah.
"..jangan berdiri saja disitu..ayo duduk.." kata om Dibyo. Dewa tersenyum dan ikut bergabung dengan mbak Bian dan om Dibyo untuk sarapan.
"..Lulu sama Keiko mana,om..??belum bangun..?"
"..kalau Lulu belum bangun..Kei lagi mandi..bentar lagi turun.."
Dewa mengangguk dan melirik ke mbak Bian yang menyodorkan roti ke piring Dewa.
"Udah enakan badannya, Wa'...?"
"..ehhh, agak pusing sih..tapi waktu habis mandi tadi udah mulai segar..."
"..nih..kamu minum susu hangat ini..biar makin segar badannya..."
"..iya mbak..makasih..." Dewa langsung meminum susu hangat pemberian mbak Bian.
"..ini kan hari Minggu..Neko tutup..gimana kalau kita pergi mancing ikan di kolam sodara om..mau ikut nggak, Wa'...?" ajak om Dibyo. Dewa yang sedang mengunyah roti nya hanya tersenyum dan mengangguk, "..boleh om..dimana..?" lanjut Dewa.
"...nggak usah ngajak Dewa, Yah...Dewa harus pulang.." tiba-tiba Keiko muncul memotong pembicaraan Dewa dan Ayahnya. Dewa tak berani memandang Keiko yang kini duduk di depannya. 
"..kenapa nggak boleh,..??ini kan hari Minggu..Ayah harus ngajak siapa..??kamu...??mana mau.."
"..biasanya bareng om Rinto dan Kiki,kan...?" kata Keiko menyebut nama-nama sepupu dan adik dari mamanya.
"..Ayah bosan sama mereka..tiap pergi mancing ikan pake' bawa teman-teman ceweknya..Ayah dicuekin..."
Terdengar suara tawa mbak Bian dan Dewa. Sayangnya Dewa keburu berhenti tertawa saat melihat Keiko menatapnya tajam.
"..pokoknya kamu harus pulang hari ini..." kata Keiko dan membuatkan sendiri roti untuk sarapannya. Dewa hanya diam. Merasakan Keiko mulai aneh. Padahal semalam dia sudah merasa senang dengan perlakuan Keiko.
"..Kakaaaaak.." Lulu' muncul dari tangga atas, dengan rambut acak-acakan baru bangun tidur. Dewa berbalik dan tersenyum melihat adik semata wayangnya itu. Lulu bergegas turun.
"nggak ngompol kan..?" tanya Dewa sambil membuka lengannya mempersilahkan Lulu' masuk dalam pelukannya. Lulu hanya menjawab dengan anggukan dan mempererat pelukannya. Kebiasaan Lulu setiap bangun pagi langsung memeluk mama, papa dan Dewa.
"...kakak pagi-pagi disini mau jemput Lulu'..?" tanya Lulu dan duduk di samping Dewa.
"..ehhh..eeee..." Dewa bingung harus menjawab apa.
"..iya sayang..kak Dewa nya mau jemput Lulu untuk pulang..mama Lulu sudah datang kok dari luar kota.." Keiko yang menjawab pertanyaan Lulu.
Dewa mengernyitkan dahinya. Keiko menyodorkan roti ke piring Lulu. Kemudian melirik Dewa. 
"..semalam mbok Darmi nelpon..bilangnya kalian harus pulang hari ini.." Keiko menjawab apa yang Dewa tanyakan lewat matanya yang nampak bingung. Keiko segera menyelesaikan sarapannya. Ia sedikit risih karena merasakan mata Dewa sejak tadi memandanginya penuh tanya. Keiko hanya tak ingin berdebat pagi-pagi. Dewa memang harus pulang, kasihan mamanya dirumah. Dan Keiko pun berniat untuk datang menjenguk mama Dewa.
"..Kalau gitu Lulu mandinya dirumah saja ahh.." rengek Lulu dan Dewa menoleh ke Lulu dan tersenyum tipis. Keiko beranjak meninggalkan ruang makan.

--------------------------------------------------------------

Merasakan kehadiran seseorang disebelahnya, Keiko menoleh. Seulas senyum mengembang diwajah Dewa. Keiko melanjutkan menyiram tanaman di taman belakang rumahnya. 
"..Kei, maaf ya soal semalam..."
Keiko diam. 
"...kamu marah...?" Dewa melanjutkan kalimatnya. Tak menemukan niat Keiko untuk menjawab pertanyaannya membuat ia menghela nafas berat.
"..mungkin bisa aku handle masalah keluargaku, tapi tidak untuk membuat Lulu marah semalam..mungkin aku berpikir pendek, boleh dibilang, ini salah..harus sampai mabuk-mabukan, harus berpura-pura nggak ada masalah depan kamu dan Lulu..tapi aku bingung harus bagaimana.." terdengar suara penyesalan ditelinga Keiko. 
Keiko melirik Dewa dari sudut matanya, dilihatnya lelaki itu sedang berdiri terpaku, memandangi arah tangan Keiko menyirami tanaman bunga nya. Tampak sedih. Dalam sekejap hati Keiko luluh, tak tega melihat Dewa dalam keadaan kacau begini.
Keiko langsung meletakkan selang airnya dan berjalan menuju keran air.
"..yang salah aku, Wa'..harusnya nggak nambah beban kamu.." Keiko melunak.
"..aku nggak pernah anggap kamu beban aku, Kei...kamu justru banyak membantu dalam segala hal.." kata Dewa bersungguh-sungguh. Keiko memandangi Dewa.
"sebenarnya..aku marah bukan karena kamu mabuk, walaupun aku nggak suka dengan lelaki pemabuk, tapi..aku benci kamu nggak jujur sama aku..kenapa mesti berbohong kalau mama papa kamu keluar kota, padahal mereka sedang ada disini, ..."
"..kamu nyaman harus tinggal dirumah yang hampir tiap harinya mendengar suara orang teriak-teriak, membentak, memukul benda ini, benda itu..nyaman, Kei...??..nggak kan...?" Dewa memotong kalimat Keiko. 
Keiko memandangi Dewa yang mengangkat tangannya tinggi-tinggidiatas kepala. Meregangkan otot-ototnya yang kaku. Terlihat lelah fisik dan emosi, Keiko lalu mengajak Dewa duduk dibangku taman. Dewa menghela napas dan mendekat, duduk disamping Keiko.
"...aku mau ngomong sesuatu..ini masalah mama kamu..semalam simbok nelpon..mama kamu dipukuli..dan beliau nggak sadarkan diri, Wa'.." kata Keiko, namun Dewa bereaksi dengan biasa, hanya tertawa kecil.
"..sori kamu harus dengar itu, Kei..itu sudah hal yang biasa..""..Dewa..aku serius..ini yang bikin aku marah sama kamu..seharusnya kamu yang ada disana..melerai mungkin, atau ngapain kek biar gak berlanjut masalah dirumah kamu..kamu punya hak melakukan itu..tanggung jawab kamu sebagai anak pertama, dan kakak dari Lulu..itu yang benar..bukan cuek begini..pura-pura nggak terjadi apa-apa.." potong Keiko cepat. 
Dewa menerawang..memandang kedepan. Mencerna kalimat Keiko.
"..semalam aku sempat mikir, lebih memilih untuk datang melihat mama kamu ketimbang harus mencari keberadaan kamu yang nggak jelas..tapi aku nggak punya hak buat sok sibuk..padahal ada anaknya diluar sana yang fine-fine saja..dan aku nggak mau kamu dan Lulu..harus kehilangan kasih sayang seorang ibu..kasih sayang keluarga..itu bukan hal yang mudah buat dilewati..percaya Wa'..." terdengar suara Keiko bergetar. Dewa memandangi Keiko dalam diam. Merasakan kesedihan Keiko. 
"..aku sudah pernah merasakannya..dan itu berat.." Keiko berusaha tersenyum, memandangi Dewa. Dewa merasakan kelegaan dalam hatinya. 
"...pulang dan temui mama kamu..aku tahu kamu pasti bisa menyelesaikan ini.." ucap Keiko. Dewa tersenyum dan mengangguk kemudian meletakkan tangannya di pipi Keiko, membelainya perlahan. Keiko merasa meleleh saat melihat cara Dewa menatapnya dan merasakan belaian lembut tangan Dewa dipipinya.
"..makasih, Kei..kamu masih percaya sama aku..aku sempat mikir apa yang kamu bialng tadi..tapi aku selalu tidak pede..merasa aku jalan sendiri, sementara ada Lulu disana, masa depan aku..sekolah..mimpi-mimpi ku..keluarga ku..tapi, aku sekarang senang, mengetahui ada yang peduli.."
Keiko tersenyum dan mengangguk.
"..mengetahui ada kamu yang selalu bisa membuka pikiran aku, selalu ada setiap aku butuh..dan aku harap, kamu selalu ada disini buat menenangkan aku, Kei.." mendengar itu Keiko terkesiap. Namun segera tersadar begitu mengingat komitmen yang sudah ia sepakati dengan hatinya semalam.
"..rumah ini selalu siap jadi rumah kedua untuk kamu,Wa'..kapan saja kamu bisa kesini.." Keiko segera menepis tangan Dewa dari pipinya dengan cara yang membuat Dewa tertegun penuh tanda tanya. Merasakan Keiko menghindarinya. Baru saja Dewa ingin mengungkapkan isi hatinya. Memberi tahu apa yang di rasakannya beberapa hari ini. Namun ia menahan diri. Keiko seperti membangun jarak darinya.
Keiko berdiri, mulai merasakan aura yang aneh disekelilingnya, salah tingkah, Keiko pun melangkah masuk ke dalam rumah sambil berbalik memandangi puggung Dewa yang masih duduk di bangku taman.
"...Aku siapin barang-barang Lulu..trus kita bareng kerumah kamu..aku juga mau lihat keadaan mama kamu.." kata Keiko tanpa menunggu persetujuan Dewa dan bergegas masuk. Dewa menggaruk kepalanya yang tak gatal. Memang belum saatnya, pikir Dewa dan beranjak masuk ke dalam rumah.

Love Do [Part 24]

Keiko menuju dapur, menghela napas berat, membuka kulkas dan tersenyum melihat puding Strawberry yang dibawa Bondan tadi. Sambil menikmati puding, Kei mencoba terus menghubungi ponsel Dewa. Sudah jam 11 tapi Dewa belum muncul juga. Jangankan pulang, SMS dan telpon Kei pun tidak ditanggapi.
Keiko coba untuk menghubungi Jimmy, berharap ada kabar yang bisa menenangkan hatinya.
Hasilnya nihil, tak ada jawaban juga.
Tak lama kemudian ponsel Kei bunyi, ada SMS dari Jimmy.

"sori,Kei..lg fitnes, jd g bs terima telp..knapa..?"

Kei mengerutkan dahinya membaca SMS Jimmy dan buru-buru kembali menghubungi nomor Jimmy. Syukurlah di respon.

"..knapa Kei..?" tanya Jimmy bernada khawatir.
"bukannya kalian ada dinner sama Coach malam ini..?"
"..ha..??siapa bilang..??nggak tuh..gue lagi sama Coach Edi nih di tempat fitnes.."
Selama beberapa saat Keiko tak berkata apa-apa.
"..something happend, Kei...?" tanya Jimmy diseberang.
"..Jim..malam ini lu temani gue yah cari Dewa..pokoknya jangan pulang dulu..tunggu konfirmasi gue nanti.."
"..oke..gue siap bantu..secepatnya ya,Kei.."
"..makasih, Jim..tapi jangan cerita ke Coach Edi dulu kalau gue cari Dewa.."
"..seep..!!"

Keiko menyapukan pandangannya keseluruh sudut dapurnya. Memutar otak, bagaimana cara bisa menemukan Dewa. Ia yakin, ada yang disembunyikan Dewa darinya. 
Bunyi dering telepon diruang tengah membuat Keiko terkejut. Rasa khawatir makin memenuhi hatinya. Bergegas Keiko menuju keruang tengah dan mengangkat gagang telepon wireless nya.
"Halo...??" 
"..mbak Keiko...?"
"..iyah..??ini siapa...???"
"..mbak..anu..simbok ini..." 
"..mbok Darmi..??kenapa mbok..??" suara mbok Darmi (pembantu Dewa) yang terdengar panik membuat Keiko makin khawatir.
"..bapak sama ibu bertengkar disini..saya kasihan sama ibu..dipukuli bapak..den Dewa nya ada disitu..??dari tadi simbok hubungi handphone nya tapi nggak diangkat-angkat,mbak.." 
Berbagai perasaan bercampur aduk di hati Keiko.
"..loh bukannya bapak sama ibu keluar kota,mbok..??"
"..siapa yang bilang,mbak..??enggak kok..ada dirumah.."
"..Dewa yang bilang, makanya Lulu disuruh nginap disini.."
"..ohh..tadi memang den Dewa minta simbok untuk nyiapin baju Lulu, soalnya aden Dewa marah mendapati bapak sama ibu sepulang sekolah tadi bertengkar dirumah..tadi juga waktu pulang mandi sore, den Dewa bilang mau nginap dirumah teman SMP nya malam ini.."
Keiko memutar bola matanya, mulai mencari cara untuk bisa menemukan Dewa. Rupanya ini yang disembunyikan Dewa. Menjauhkan Lulu dari situasi rumahnya yang sedang tidak bersahabat untuk Lulu.
"..gini,mbok..aku usahain bisa nemuin Dewa malam ini..mbok jangan tidur dulu sampai aku kabarin lagi..sementara usahakan om dan tante nggak berantem dulu.."
"..bapak sudah pergi,mbak..ibu lagi dikamarnya, tadi nangis terus..tapi sudah tidur..kasihan,mbak Kei..wajah ibu lebam-lebam.."
"..ya sudah..aku keluar cari Dewa sekarang..mudah-mudahan bisa ketemu..makasih ya mbok..jagain ibu.."
"iya,mbak.." jawab mbok Darmi mengakhiri pembicaran.
Tak ingin menyia-nyiakan waktu, Keiko buru-buru menghubungi Jimmy.
"Jim..jemput gue dirumah sekarang..Dewa harus kita temukan malam ini..cepetan Jim..balap..." kata Keiko dan menuju kamar Ayahnya.
----------------------------------------------------

Lana nampak menikmati musik di sudut ruangan dalam diskotik itu. Disebelahnya, duduk beberapa teman-temannya yang asik cerita sambil menggoyangkan badan. 
Tak lama kemudian ia tersenyum melihat Dewa yang mendekat dan tampak sempoyongan jalannya.
"sepertinya ada yang lagi punya banyak masalah nih.." kata Lana saat Dewa menghempaskan badannya di sebelah Lana.
"..bukan urusan lo,yah.." jawab Dewa enteng.
"..buktinya hanphone lu dari tadi kebanjiran telpon dari Ikan Asin..."
Dewa terdiam, langsung mengambil hndphone nya yang sejak tadi disimpan begitu saja diatas meja. Memang benar, 10 panggilan tak terjawab dari Keiko, 5 panggilan tak terjawab dari rumah, dan beberapa SMS Keiko yang dibaca Dewa dengan susah karena pandangannya kabur. Dewa sedang di bawah pengaruh alkohol. SMS Keiko..

"..Wa'..angkat telpon ku dong, penting...!!"

"..kamu lg dmana Dewa sableng...??aku khawatir..."

"..jgn lakukan tindakan apapun klo lg marah, Wa'..cukup diam.."

"..segera balas SMS ini klo kmu baca..terserah isinya apa..yg penting dibalas..pliss.."

"..aku lg keliling nyariin kamu..kasihan Lulu dan mama kamu..plng yah, Wa'.."

Dewa tersenyum. Kali ini bukan senyum sinis, tapi senang, merasakan aura kekhawatiran Keiko. Buru-buru Dewa menghubungi nomor tersebut namun Dewa tumbang. Kepalanya pusing dan ponselnya jatuh kelantai. Lana buru-buru menahan tubuh Dewa dan dibantu teman-temannya untuk merebahkan badan Dewa diatas sofa.
Lana memungut ponsel Dewa yang jatuh dilantai dan membaca SMS terakhir dari Keiko. Ide picik Lana muncul, ia melirik Dewa yang tampak tak berdaya karena mabuk sambil memencet tombol handphone Dewa, mengetik sesuatu.
-----------------------------

Mobil Jimmy melaju kencang dijalan sepanjang kota. Keiko menyapukan pandangannya keluar kaca mobil sambil berpikir tempat-tempat yang biasa di datangi Dewa.
"..kemana ya, Jim..?"
"..nggak ada ide nih, Kei..menurut lo kemana dia..?"
"..kata mbok Darmi sih dia mau nginap di rumah teman SMP nya..gue nggak punya kontak teman-teman SMP dia.."
"..gue juga nggak begitu kenal sih sama teman SMP dia..ehhh..bentar..bentar..bukannya Lana itu teman SMP Dewa juga, kan..?"
Keiko terbelalak, baru mengingat sesuatu.
"..iya, Jim..mereka teman SMP..pacarannya sejak SMP mereka..iya..iya..coba deh hubungi Lana.."
"..iya..sini gue yang telpon Lana.." kata Jimmy dan berinisiatif menghubungi Lana. Ponsel Keiko juga bergetar, ada SMS dan surprise, SMS dari Dewa. Namun Keiko cemberut saat membacanya.

"..g usah cariin gw..malam ini gw mau senang2 tanpa ada lu yg ngerecokin gw..cewek aneh..!!"

Hati Keiko terasa sakit sesudah membacanya. Segitu marahnya kamu sama aku, Wa', batin Keiko.
Matanya berkaca-kaca, menerawang lagi keluar kaca mobil. Rasa putus asa semakin menguasainya.

"..yess..gue tau mereka dimana, Kei.." Jimmy membuyarkan lamunan Keiko.
"..ha..?" Keiko bereaksi biasa.
"..Lana bilang mereka lagi bareng..kita kesana sekarang..gue harap Lana nggak bohong.." dan Jimmy pun menambah kecepatan mobilnya.

-----------------------------------------------------

Keiko enggan turun dari mobil Jimmy saat mereka sampai di parkiran diskotik tempat Dewa berada. Tapi ia berusaha mengikuti akal sehatnya. Dewa harus pulang, karena tanggung jawabnya sebagai anak pertama, pikir Keiko.
Keiko mengikuti Jimmy masuk kedalam diskotik yang menurut Keiko musiknya memekakkan telinga. Lana tampak dari kejauhan, membuat Keiko memaki nya dalam hati. 
Tampak wajah Lana terkejut melihat kedatangan Keiko.
"..mana Dewa..?" tanya Jimmy ke Lana.
"..gue pikir lu datang sendiri.."
"..kalau gue ngomong gue datang sama Kei, pasti lu nggak bakal bilang Dewa dimana.." kata Jimmy. Dan Keiko bersyukur mendengarnya. Jimmy memang sahabat terbaik Dewa, pikir Keiko.
Lana melirik Keiko, memandang sinis.
"..Dewa didalam..mabuk berat..banyak masalah sama cinta kali ya..?" kata Lana bermaksud menyinggung Keiko, tapi Keiko tak mau peduli, dia langsung menghambur ke dalam ruangan tempat Dewa berada.
Sempat pusing karena bau alkohol bercampur asap rokok dalam ruangan tersebut, namun Keiko berusaha mendekati Dewa yang nampak setengah sadar. Keiko dibantu Jimmy membantu Dewa untuk duduk.
"Dewaaaa..lu gila..sejak kapan lu minum-minum..?" kata Jimmy sambil menepuk pipi Dewa. Dewa hanya tertawa.
"..elu,Jimmy...??fitnes lu sudah kelar...??sori gue nggak ngajak lu kesini..tau darimana lu gue disini..??" jawab Dewa terbata-bata.
"..dari Lana..tapi itu tuh orangnya yang minta gue nyusul lo kesini.." kata Jimmy mengarahkan matanya ke Keiko. Dewa balik menoleh ke Keiko. Dewa tersenyum dan langsung mengulurkan tangan nya kearah Keiko.
"..Ikan Asin...sori yaaa..lu udah nungguin gue dirumah yah...?" Keiko sibuk mengambil ponsel Dewa dan jaket Dewa.
Wajah Keiko datar. Ia memberi kode ke Jimmy untuk keluar dari ruangan yang dipenuhi kebulan asap rokok.
"..ayo,pulang, Wa'.."
"..ikan asin..maafin gue..jangan marah..gue sayang sama lo.." kata Dewa saat Keiko dan Jimmy berusaha memapah Dewa keluar. Keiko tak menggubris ocehan Dewa.
Lana mengikuti mereka dari belakang. 
"..Dewa nggak pernah se-depresi ini kalau putus cinta.." kata Lana, saat mereka sampai didekat mobil Jimmy. Dewa melepaskan rangkulan Jimmy dan bersandar di kap mobil Jimmy. Keiko membuka pintu mobil Jimmy di belakang.
"..jahat banget sih jadi cewek, Kei.." Lana masih mengoceh. 
"..ikan asin..siniii.." Dewa melambaikan tangannya memanggil Keiko.
"..gue mau bilang sesuatu.." lanjut Dewa, tapi Keiko tak peduli. Ia sibuk merapikan bagian belakang mobil Jimmy untuk merebahkan Dewa nantinya.
"..ayok, Wa'..kita pulang..kasihan Lulu.." kata Keiko dan menarik tangan Dewa mengajaknya masuk ke mobil.
"..Dewa nggak suka disuruh-suruh..biarin dia nentuin pilihannya, Kei.." kata Lana,masih mengoceh. Keiko kesal karena Dewa tak mau bergerak.
"..jangan berusaha jadi yang istimewa buat dia..culun-culun aja kali..lo juga nggak terlahir jadi cewek istimewa.." lanjut Lana.
Dan kali ini telinga Keiko mulai panas. Ia langsung berbalik kearah Lana dan mendekati perempuan itu. Dewa sempoyongan dan mencoba menguasai dirinya. Melihat Keiko kearah Lana.
"..lu cukup dengar ini dari gue..gue nggak akan pernah menyesali gue terlahir sebagai apa..karena gue sudah cukup senang bisa dikelilingi orang yg sayang sama gue..dan itu cukup buat menutupi ocehan lu.." kata Keiko lantang dan berbalik meninggalkan Lana. Keiko lalu memapah Dewa.
"..oh ya..??lu pikir gue nggak tau asal-usul lo yang sebenarnya..??" kalimat Lana yang dengan jelas didengar Dewa membuat Keiko berhenti berjalan. Dewa merasakan genggaman tangan Keiko di lengannya merenggang. Dewa melirik ke arah Keiko, wanita itu tampak kaku.
Keiko berbalik ke Lana lagi.
"..apapun yang lu tahu..anggap saja itu nggak penting..karena gue juga merasa itu nggak penting.."
"..tapi itu penting buat Dewa ketahui.."
"..mungkin..tapi gue nggak peduli bagaimana pun bentuk hubungan gue sama Dewa, ..karena gue tulus dalam hubungan ini..gue tulus menyangi Dewa..dan bikin gue makin sadar...tidak perlu sempurna untuk bisa memiliki kebahagian..gue se-sederhana itu, Lan..gak serumit lu.." kata Keiko dan kembali memapah Dewa. Lana terdiam.
Dewa direbahkan di jok belakang, dan Keiko duduk didepan. Mobil perlahan meninggalkan parkiran diskotik dan Lana yang masih tertegun diam.

Diperjalanan, suasana mobil hening. Keiko memangku dagunya dan memandang ke sisi luar mobil. Lana sepertinya mengetahui sesuatu yang selama ini disimpan rapat oleh Keiko. Dan Keiko mulai gelisah. Meski mulutnya dengan mudah membela diri didepan Lana tadi. Tapi ia mulai takut, rahasia nya terkuak. Keiko berpikir keras, dari mana Lana tahu..??atau cuma ancaman saja..??
Untungnya Dewa sedang mabuk, pikir Keiko, Dewa tak mendengar dan mengerti pembicaraannya dengan Lana tadi.

Dewa memandangi Keiko dari belakang. Melihat siluet Keiko yang tak berubah bentuk. Tetap, duduk terdiam memandang keluar sisi mobil. Ia mungkin sedikit oleng karena pengaruh minuman, tapi ia tak semabuk itu untuk sadar dan mendengarkan dengan jelas percakapan antara Keiko dan Lana tadi. Memang ada yang disembunyikan Keiko,menurutnya. Tapi apa..??Dewa ingin mencari tahu.
--------------------------------------

Malam ini, Keiko memutuskan membawa Dewa kerumahnya. Tidur dikamar mbak Bian saja. Kalau Dewa dibawah pulang kerumah, takut mamanya akan marah melihat keadaan Dewa. Mbak Bian dan om Dibyo memapah Dewa masuk kekamar mbak Bian dan merebahkan Dewa diatas kasur.
Keiko menyelimuti Dewa.
"..Lulu' sudah ayah pindahin kekamar kamu tadi.." kata ayah Dibyo sambil mengelus pundak Keiko yang duduk disisi tempat tidur sambil memandangi Dewa yang nampak pulas.
"..iya..makasih, Yah..nanti biar kita bertiga tidur bareng,,nggak papa ya,mbak,Yan...?" tanya Keiko ke mbak Bian. Mbak Bian mengangguk dan meninggalkan kamarnya. 
"..ya sudah, kamu istirahat, sayang..nanti sakit..ini sudah terlalu malam.." kata Ayah dan Keiko menjawabnya dengan anggukan. 
Kini Keiko tinggal sendiri. Sambil mengatur letak selimut Dewa, Keiko mengatur suhu AC dalam kamar agar Dewa nyenyak tidurnya. Setelah menaruh remot AC, Keiko kembali duduk disisi tempat tidur, memandangi Dewa. Tangannya menyentuh anak-anak rambut dikepala Dewa. Mengusap kepala Dewa dengan sayang. Mungkin Lana ada benarnya, apa yang menjadi rahasia nya ini suatu saat akan terbuka, dan itu penting untuk Dewa. Meskipun pacaran ini kontrak nya akan berakhir, namun persahabatan mereka pasti menuntut Keiko untuk berterus terang. Entah Dewa akan terima, atau tidak, ia belum bisa menebak. Namun Keiko yakin, waktu yang akan menjawab semuanya, termasuk perasaan yang tumbuh dalam hatinya untuk Dewa dan keinginannya untuk segera mengungkapkan rahasia hidupnya. 
Rasanya ingin segera tahu apa yang ada dalam pikiran dan hatimu, Wa'..sederhana..jadi tak perlu lama menyimpan perasaanku, dan tak perlu lama menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya yang harus kamu tahu. 
Semoga kamu bukan salah 1 dari orang yang akan menjauhi ku nanti, Wa'..
"..promise me..." ucap Keiko lirih dan menunduk mendekati wajah Dewa dan mencium keningnya.

Suara pintu tertutup. Dalam kamar itu Dewa menghela napasnya dengan berat, membuka mata dan ia menyentuh keningnya. Sentuhan Keiko tadi masih terasa dikeningnya. Sangat melegakan perasaannya. 
Namun keningnya kembali berkerut.
"..janji apa, Kei..??gue harus berjanji untuk apa...?" Dewa berkata lirih, berusaha mencerna maksud kalimat Keiko tadi.